Pendahuluan
1. Amerika Serikat sebagai negara super power yang menerapkan kebijakan pertahanan pre-emtive strike maka AS dapat dengan leluasa menanamkan pengaruhnya terhadap negara lain, dimana perubahan-perubahan di lingkungan strategis global tercermin dari besarnya peran negara tersebut. Semua isu dapat dimunculkan ke permukaan di negara-negara yang bukan menjadi sekutunya, karena AS melihat negara-negara tersebut sebagai halaman rumahnya yang dengan sesuka hatinya dia akan segera menyapunya. Seiring dengan berjalannya waktu, Amerika Serikat mulai berfikir menghadapi berbagai kondisi permasalahan untuk kepentingan negaranya. Antara lain dalam masalah kelangkaan energi yang dihadapinya di masa yang akan datang, dimana untuk menggerakan roda perindustrian serta untuk menciptakan lapangan kerja di masa depan diperlukan suatu jaminan cadangan minyak yang cukup besar. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut hanya ada satu cara yaitu dengan invasi.
2. Pada saat Amerika Serikat mengalami tragedi WTC pada tanggal 11 September 2001 dengan serta merta AS melayangkan tudingan kepada negara-negara yang menjadi musuh nomor satu negara AS adalah Irak, Iran dan Korea Utara (Obrak-Abrik Irak, Penerbit Buku Kompas Jakarta, September 2003 hal.2). Dengan tuduhan AS sebagai otak pelakunya tragedi WTC adalah jaringan Al-Qaeda yang walaupun bukti tersebut masih belum jelas sampai saat ini. AS menyatakan perang terhadap kelompok Al-Qaeda dan pendukungnya. Kemudian AS menuduh Irak mempunyai hubungan erat dengan jaringan Al-Qaeda, di samping itu pula Irak merupakan negara yang diduga memiliki senjata pemusnah massal yang dapat mengancam negara AS dan negara-negara lain di dunia. AS bahkan mampu meluaskan pengaruhnya terhadap PBB, segala keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan PBB tidak terlepas dari kepentingan negaranya. Semua kebijakan PBB yang tidak sesuai dengan kebijakan AS, akan dengan mudah AS menggunakan hak vetonya. AS mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera mengeluarakan resolusi yang memberikan wewenang untuk menyerang Irak.
3. Amerika Serikat melancarkan kampanye dan propaganda dalam rangka mendapatkan dukungan Internasional dan anggota NATO untuk menyerang Irak dengan isu dimilikinya senjata pemusnah massal dan adanya keterkaitan Irak dengan jaringan teroris Al-Qaeda di Afganistan, bantuan dan dukungan Irak pada kegiatan pelatihan Teroris di Irak Utara. Atas tekanan dan desakan AS maka Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 1441 tanggal 8 November 2002 tentang pelucutan senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Irak. Resolusi PBB tersebut kurang mendapat respon dan tanggapan dari Irak, sehingga AS menganggap perlu menindak Pimpinan Irak dengan melakukan invasi ke Irak guna menggulingkan Pemerintahan Saddam Hussein. Pada tanggal 18 Maret 2003 Presiden Bush mengeluarkan ultimatum, bahwa Presiden Saddam Hussein dan keluarganya harus meninggalkan Irak dalam tempo 2 X 24 jam atau menghadapi serangan AS dan Sekutunya. Presiden Bush, Rabu (19/3) malam waktu Washington atau Kamis (20/3) pagi WIB, menyampaikan pidato tentang perang ke Irak dimulai. "Pasukan Amerika dan koalisi sudah melancarkan operasi militer untuk melucuti Irak, untuk membebaskan rakyat dan melindungi dunia dari ancaman bahaya," kata Presiden Bush (AFP/Patrick Baz, , Perang Dimulai, (BBC.com/O-1), Last modified: 20/3/2003). Pada tanggal 20 Maret 2003 Rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perang AS di sekitar Teluk mulai menghantam sasaran-sasaran strategis di Irak yang diikuti jet pembom siluman F-117 Nighthawk yang lepas landas dari Qatar dan Oman (Kompas 21 Maret 2003, Klipping Perpustakaan Seskoau, hal 27). Inilah yang menandai dimulainya serangan Udara AS ke Irak dengan sandi Operation Iraqi Freedom (Operation Iraqi Freedom, Colonel Walter J. Boyne. First edition, November 2003, hal.14).
4. Pengertian-pengertian. Untuk menyamakan persepsi dalam naskah ini, maka perlu diberikan beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Air Power (Kekuatan Udara) adalah proyeksi dari kemampuan manusia dalam memadukan unsur alam, teknologi dan SDM menjadi sesuatu kekuatan yang dapat digunakan baik bagi kepentingan damai maupun perang (Kardi, Kusnadi dan Aristides Katoppo, Air Power, Dari Air Surveillance Hingga Hukum Udara, hal.216).
b. Komando dan Kendali (Kodal) adalah proses dan sarana bagi pelaksanan wewenang dan arahan komandan yang ditunjuk atas kekuatan yang diberikan kepadanya untuk melaksanakan misi yang tepat dengan cara paling efisien untuk mencapai hasil yang diinginkan (Vademicum Operasi dan Latihan TNI AU, Sekolah Komando Kesatuan TNI AU, Jakarta, Juli 2007, hal.239)
Latar Belakang Perang Irak Tahun 2003
5. Alasan ekonomi, terutama minyak Irak yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia. Sejak revolusi industri meledak, banyak negara berlomba-lomba untuk mencari dan mendapatkan sumber-sumber energi dunia. Industrialisasi berarti memperkuat ekonomi dan kehidupan akan mapan, rakyat sejahtera. Hanya saja, industrialisasi baru bisa tumbuh dengan sokongan sektor energi yang kuat. Salah satu energi yang menjadi incaran dan idaman dunia adalah minyak. Siapa yang yang menguasai energi, dia akan menguasai dunia, begitu sebuah pomeo terkenal. Dalam bahasa eksplisitnya, jika suatu negara menguasai Timur Tengah, dia akan menguasai dunia. Tercatat setidak-tidaknya sekitar 70% cadangan minyak dunia tersimpan di Timur Tengah. Dari catatan terakhir OPEC, cadangan minyak yang ada di timur Tengah sedikitnya ada 800 milyar barel dan tersebar hanya di beberapa negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar. Irak, hingga akhir Maret 2003, memiliki cadangan minyak sebesar 112,5 milyar barel, produksi rata-rata minyak Irak per harinya mencapai 3,5 juta bph yang merupakan cadangan kedua terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Sedangkan kebutuhan AS akan minyak per harinya adalah 20 juta barel dan Amerika hanya dapat memenuhi 40 persennya saja, sementara cadangan minyak Amerika saat ini sekitar 30,4 milyar barel yang merupakan 3% dari total cadangan minyak dunia (Dibalik invasi AS ke Irak, Elba Damhuri, Senayan Abadi Publishing, Maret 2003, hal.15).
6. Irak memiliki senjata pemusnah massal (biologi dan kimia) dan mengembangkannya. Ketika berbicara di Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri Amerika, Collin Powell, mengatakan bahwa Irak menyimpan banyak amunisi yang disimpan di bunker-bunker yang digunakan untuk membuat senjata biologi dan kimia. Pemerintah Saddam Hussein juga dituduh telah mengembangkan senjata biologi dari laboratorium biologi bergerak yang menggunakan mobil van, yang disebut sebagai Saddam van’s of death. Irak dianggap tidak memenuhi resolusi PBB 1441 tentang pemusnahan senjata pemusnah massal. Berdasarkan laporan intelijen Amerika dan sejumlah paparan media massa di negeri Paman Sam itu, Irak
masih menyimpan banyak senjata pemusnah massal seperti rudal Al-Samoud-2 peluru kendali yang berkemampuan jelajah lebih dari 150 Km yang sampai ini diperkirakan sebanyak 200-an.
7. Jaringan terorisme dunia (Al-Qaidah). Tragedi WTC telah membuat AS segera berkampanye untuk melawan terorisme dan pendukungnya di seluruh dunia. Dengan tuduhan AS yang ditujukan kepada Osamah Bin Laden sebagai otak dari tragedi 11 September 2001, maka AS bersama sekutunya dengan ijin PBB melakukan upaya penangkapan terhadap Osamah Bin Laden yang diduga bersembunyi di Afghanistan yang dilindungi oleh pemerintahan Taliban. Peristiwa tersebut memberikan peluang AS untuk melancarkan perang terhadap negara-negara yang dianggap sebagai ancaman global dengan kedok terorisme internasional. Irak dianggap sebagai negara yang tidak kooperatif dalam membasmi aksi terorisme internasional bahkan dituduh telah mendukung dan melaksanakan kegiatan pelatihan teroris Al-Qaidah.
8. Alasan keagamaan. Majalah mingguan Newsweek, sepekan sebelum Amerika menyerang Irak, pernah menurunkan liputan khusus tentang semangat keagamaan Bush ini. Sebagai penganut Kristen Methodist, Bush tidak bisa mentolerir segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan Islam Fundamentalis seperti yang dilakukan Usamah bin Ladin yang menurut Amerika memiliki hubungan khusus dengan pemerintahan Saddam Hussein. Kristen Methodist sendiri merupakan sebuah gerakan keagamaan yang bertolak dari pengalaman pribadi. Apa yang dilakukan Bush terhadap Irak merupakan panggilan suci yang harus dilaksanakan agar kebebasan dunia bisa berjalan dengan baik. Sebagian umat Kristen tampaknya mendukung rencana perang suci Bush tersebut, dimana dalam pemilu menjelang AS menyerang Irak, Bush menang telak.
9. Demokratisasi. Selama ini, Bush juga berteriak-teriak kepada seluruh dunia, termasuk Indonesia, bahwa perang Irak dilatarbelakangi alasan ingin membangun negeri Irak yang demokratis, membebaskan rakyat Irak dari kekejaman rezim Saddam, dan membawa Irak ke dalam kesejahteraan. Rakyat takut menyampaikan aspirasinya bila bertentangan dengan kebijakan Saddam karena akan disiksa dan dianiaya. Hal tersebut dinilai oleh AS sebagai pemerintahan yang brutal, melanggar HAM dan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi (Perang Teluk 2003, Staf Operasi Mabes TNI, Jakarta agt 2003 hal 13).
10. Perseteruan Dólar AS versus Euro. Sejak tanggal 1 November 2000, secara resmi Irak meminta PBB untuk membayar seluruh transaksi minyaknya dengan menggunakan Euro, mata uang sejumlah negara Eropa minus Inggris. Bisa dibayangkan, rata-rata hasil penjualan minyak Irak itu sebesar 75 juta dolar AS (sekitar Rp. 700 milyar) per hari. Perubahan penggunaan mata uang hasil penjualan minyak, yang dikenal sebagai Oil for food itu, tampaknya menjadi pukulan besar bagi Amerika. Bukan Cuma penjualan minyak yang dikonversikan ke euro, Saddam Hussein pun sudah memerintahkan aparatnya untuk mengganti cadangan devisanya yang sebesar 10 milyar dolar AS dengan euro. Dengan telah mengubah seluruh pembiayaan dan transaksinya menggunakan euro, sama artinya dengan merusak anggaran belanja Amerika.
Kekuatan yang Terlibat Dalam Perang Irak Tahun 2003.
11. Pasukan Irak. Titik berat pasukan Irak dalam menghadapi pasukan koalisi yaitu pada pasukan darat. Angkatan Darat Irak terbagi dalam dua kelompok yaitu tentara reguler dan Pengawal Republik (Republican Guard) dengan perincian sebagai berikut :
a. Republican Guard. Pasukan Pengawal Republik ini merupakan pasukan yang dianggap sebagai pasukan tempur Irak yang paling efektif, dan berbasis di kota Bagdad. Personelnya berjumlah antara 60.000 sampai 70.000 personel yang dipimpin langsung oleh Qusay, anak laki-laki kedua Saddam Husein. Kekuatannya terdiri dari 4 Brigade Infantri, 1 batalyon lapis baja, 1 batalyon Artileri serangan udara. Senjata berat yang dimiliki adalah senjata arteleri dengan menggunakan Tank T-72 (Kompas 21 Maret 2003, Klipping Perpustakaan Seskoau, hal 28).
b. Regular Iraq Army (Corps I s/d Corps V). Merupakan tentara reguler Irak, memiliki 5 Corps, masing-masing Corps mempunyai 10.000 orang dengan pembagian wilayah sebagai berikut :
1) Corps I. Berlokasi di sekitar daerah Krikuk, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok Corps I adalah bergabung dengan Republican Guard untuk mengamankan wilayah bagian Utara dekat zona larangan terbang.
2) Corps II. Berlokasi di sebelah Utara Baghdad, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok Corps II adalah menjaga perbatasan wilayah dengan Irak yang berlokasi di sebelah Timur Laut Baghdad.
3) Corps III. Berlokasi di sebelah Selatan Irak, berjumlah sekitar 10.000 personel tiap. Tugas pokok Corps III adalah mengamankan rute sepanjang sungai Euprates yang menuju Kuwait melalui sebelah Selatan kota Basra .
4) Corps IV. Berlokasi di sebelah Utara Baghdad, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok dari Corps IV adalah menjaga perbatasan sebelah Selatan Irak.
5) Corps V. Berlokasi di sekitar Mosuli di sebelah Utara Irak, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok dari Corps V adalah menjaga perbatasan sebelah Utara Irak.
c. Special Unit. Satuan ini memiliki kemampuan khusus yang disiapkan untuk melaksanakan berbagai tugas-tugas khusus, terdiri dari satuan-satuan sebagai berikut :
1) Satuan 999. Berlokasi di Salman Army disebelah Selatan Baghdad, memiliki 6 batalyon dengan jumlah 300 personel setiap 1 batalyon.
2) Military Security Service. Satuan ini berlokasi di Baghdad dengan jumlah sekitar 5.000 personel, sebagai satuan yang berdiri sendiri tugasnya untuk memantau pihak-pihak yang berselisih paham dengan Militer.
3) People Army. Berdasarkan kondisi geografi daerah Irak, satuan ini telah digelar sebanyak 19 satuan. Peronel ini diperoleh dengan merekrut sukarelawan sipil yang dilatih beberapa minggu, kemudian ditempatkan di satuan People Army.
d. Iraq Air Force. Jumlah total pesawat tempur yang dimiliki Irak sekitar 300-350 pesawat, namun hanya sekitar 50-60 % yang dapat beroperasi dan digunakan dalam pertempuran. Hal ini akibat embargo yang dilakukan oleh AS, namun Irak mengantisipasi kekurangan suku cadang dengan cara menyelundupkan dari Negara Serbia dan Korea Utara. Adapun kekuatan udara yang dipersiapkan adalah :
1) Pesawat Tempur. Pesawat tempur yang digunakan oleh Irak adalah Mirage F1, MIG-29 Fighter, SU-25 dan MIG-21 short range fighter (Melawan Agresi Amerika, Gatra no 19 thn IX, 29 maret 2003 hal.34).
2) Pesawat Angkut. Pesawat cargo An-26 dan An-12.
3) Pesawat Helicopter tempur berjumlah 100 unit.
12. Pasukan Koalisi. Pasukan AS dalam melaksanakan serangan ke Irak dibantu oleh pasukan tempur dari Inggris dan Australia dengan melibatkan satuan darat, laut dan udara, serta satuan administrasi dari Spanyol dan Polandia, dengan satuan-satuan tempur utama sebagai berikut :
a. Pasukan Amerika Serikat (AD,AL ,AU dan Marinir). Jumlah keseluruhan pasukan AS sekitar 225.000 orang. Sedangkan komposisi pasukan sebagai berikut :
1) Angkatan Darat. Terdiri dari Satuan tempur infantry, Kavaleri, Artileri, Pasukan Payung, Pasukan Gunung dan Unsur Logistik dengan komposisi sebagai berikut:
a) 1st Cavalry Division.
b) 1st Armoured Division.
c) 3rd Beigade Infantry Division.
d) 3rd Armoured Cavalry Regiment.
e) 4th Infantry Division (Mechanized).
f) 7th Cavalry Division.
g) 10th Mountain Division.
h) 32nd Army Air & Missile.
i) 82rd Airborne Division.
j) 101st Airborne Division (Air Assault)
k) 173rd Airborne Brigade.
2) Angkatan Laut. Kekuatan laut menggunakan berbagai jenis kapal sebagai berikut:
a) USS Abraham Lincoln (CVN 72) beserta Carrier Battle Groupnya.
b) USS Constellation (CV 64) beserta Carrier Battle Groupnya.
c) USS Kitty Hawk (CV 63) beserta Carrier Battle Groupnya.
d) USS Harry S. Truman (CVN 75) beserta Carrier Battle Groupnya.
e) USS Theodore Roosevelt (CVN 71) beserta Carrier Battle Groupnya.
3) Marinir. Pasukan pemukul yang bergerak dari laut kemudian melanjutkan merebut sasaran ke darat dengan komposisi sebagai berikut:
a) 1st Marine Expeditionary Force.
b) 1st Marine Experiment.
c) 2nd Marine Expeditionary Brigade..
c) 15st Marine Expeditionary Unit.
d) 24th Marine Expeditionary Unit.
e) 26th Marine Expeditionary Unit.
4) Angkatan Udara. Kekuatan Udara AS dilengkapi senjata mutakhir untuk melumpuhkan kekuatan udara Irak. Satuan udara yang terlibat adalah :
a) 28 th Bomb Wing
b) 509 th Bomb Wing
c) 1 st Fighter Wing
d) 4 th Fighter Wing
e) 49 th Fighter Wing
f) 52 nd Fighter Wing
g) 55 th Wing
h) 116 th Air Control Wing
j) 347 th Rescue Wing
k) 6 th Air Mobility Wing
l) 60 th Air Mobility Wing
m) 43 rd Air Lift Wing
n) 16 th Special Operation Wing
o) 11 th Reconnaissance Squadron.
b. Pasukan Inggris (AD,AL,AU dan Marinir). Pasukan Inggris yang terlibat sebanyak 45.000 orang yang terdiri dari :
1) Angkatan Darat. Satuan Angkatan Darat Inggris terdiri dari :
a) 1 st UK Armoured Division
b) 7 th Armoured Brigade
c) 16 Air Assault Brigade.
d) 102 Logistic Brigade.
2) Angkatan Laut. Satuan Angkatan Laut Inggris terdiri dari :
a) HMS Ark Royal.
b) HMS Ocean.
c) HMS Liverpool.
d) HMS Edinburgh.
e) HMS York.
f) HMS Marlborough
g) HMS Grimsby..
h) HMS Ledbury.
j) HMS Splendid.
k) HMS Turbulent
l) RFA Argus.
m) RFA Sir Tristram.
n) RFA Sir Galahad.
o) RFA Sir Percivale.
p) RFA Fort Victoria.
q) RFA Fort Rosalie.
r) RFA Fort Austin.
3) Marinir dari Para Komando. Terdiri dari satuan sebagai berikut :
a) 3 rd Commando brigade.
b) 40 th Commando.
c) 42 nd Commando.
d) 29 th Commando, Royal Artilery Regiment.
4) Angkatan Udara. Kekuatan Angkatan Udara Inggris terdiri dari :
a) Royal Air Force berbasis di Inggris.
b) Operation Nothern Watch (41 st dan 10 th Squadron) yang berbasis di Turki
c) Operation Southern Watch (43 rd Squadron, 12 th Squadron, 201 Squadron dan 206 Squadron) yang berbasis di Arab Saudi.
c. Pasukan Australia (AD,AL dan AU). Pasukan Australia terdiri dari 2.000 orang dengan perincian sebagai berikut :
1) HMAS Kanimbala.
2) HMAS Darwin.
3) HMAS Anzac.
4) Royal Australian Air Force.
5) Australian Army.
6) Special Air Service.
7) 16 th Air Defence Regiment.
8) 5 th Aviation Regiment.
13. Dukungan Logistik Pasukan Koalisi.
a. Pengisian Bahan Bakar di Udara. Sampai tanggal 11 April 2003 , Amerika telah melakukan 7.525 sorti penerbangan pesawat tanker yang membawa 46.000.000 gallon dalam pengisian bahan bakar di udara. Sedangkan total sorties untuk pesawat tanker sebanyak 9.064 sorties (CNN.com, War Tracker: March 24, 2003).
b. Dukungan Logistik. Khusus untuk mendukung kekuatan udaranya, pasukan Koalisi telah menggunakan bahan bakar jet sebanyak 195.753.818 gallon, 414 gallon JPTS, 27.368 gallon untuk aviation, 2.147.248 gallon bahan bakar diesel dan 368.525 gallon untuk kebutuhan bahan bakar yang tidak terduga. Keunggulan bidang logistik tersebut memberikan kemampuan AS untuk berperang di hampir separo belahan dunia dengan intensitas penugasan yang berbeda.
c. Angkutan Udara dan Angkutan Laut. AS dan pasukan Koalisi telah menerbangkan sebanyak 7.100 sorti angkutan udara antara hari H sampai dengan tanggal 11 April 2003, menggeser sekitar 55.000 ton bekal dan memberangkatkan 76.000 personel antara hari H sampai dengan tanggal 9 April serta 7.676 sorti pesawat angkut udara selama periode peperangan. Mobilitas udara di dalam Medan peperangan juga dapat dinilai kritis. AU AS menerbangkan 2.203 sorti pesawat C-130. Dalam waktu bersamaan, seperti pada Perang Teluk dan diberbagai konflik besar lainnya, mayoritas peralatan besar pasukan koalisi masih digeser dengan menggunakan angkutan laut, termasuk sebagian besar amunisi, perbekalan dan dukungan peralatan lainnya.
14. Kekuatan Intelijen Pasukan Koalisi. AS menggunakan UAV dalam mendapatkan data-data intelijen, UAV yang dilibatkan antara lain : Hunter, Pointer, Shadow, Dragon Eye, Pioneer, Global Hawk, Predator, sedangkan Inggris menggunakan Phoenix. Disamping itu juga menggunakan teknologi satelit.
15. Kekuatan Komlek dan Pernika Pasukan Koalisi. AS menggunakan pesawat pengganggu system radar EF-111 Raven, EA-6 B Powler, A-6E Intruder dan F/A – 18 Hornet , pesawat-pesawat tersebut dilengkapi perangkat perang elektronik (electronic Warfare) yang dapat membuat tidak berfungsinya Radar dan Rudal Irak. Pesawat tersebut dilengkapi Rudal HARM yang dapat menghancurkan sasaran akibat radiasi radar (Invasi ke Irak, Edisi Koleksi Angkasa, Dispenau, 2003, hal.12).
Pelaksanaan Operasi Udara
16. Tahap Perencanaan.
a. Pihak Koalisi
1) Rencana rahasia Pentagon Polo Step. Pentagon secara amat rahasia telah merencanakan serangan ke Irak sejak Desember 2001. Rencana tersebut bertujuan untuk menggulingkan Saddam Hussein dan dikenal dengan Polo Step.
2). Upaya Diplomasi AS untuk meyakinkan dunia internasional. Upaya penggalangan dukungan internasional dilakukan AS guna memberikan legitimasi dalam menggulingkan rezim Saddam Hussein. Sejak Presiden Bush dan pembantunya mengemukakan ide untuk mengganti Saddam Hussein upaya penggalangan diplomatik mulai dilancarkan. AS menginginkan dukungan DK PBB dalam bentuk resolusi yang memberinya wewenang untuk menyerang Irak.
3). Penggeseran kekuatan Darat ke Kuwait dan Qatar. Sejak tahun 2002 telah digeser peralatan militer ke Kuwait dan Qatar meliputi : 115 tank Abrams, 60 M-2A2 Bradley, 100 kendaraan angkut personel, 20 mortir dan 20 howitzers 115 mm. Disiagakan pula 9.000 personel yang siap digerakkan dalam waktu 96 jam.
4). Penggeseran kekuatan Laut keTeluk Persia. Korps Marinir AS disiapkan di atas kapal di wilayah Teluk Persia. AU AS menimbun senjata, amunisi, suku cadang pesawat di sebuah depot di teluk Persia, persenjataan pintar terus dilengkapi. Pentagon menyewa 2 kapal kargo raksasa untuk membawa kendaraan tempur dan helicopter, termasuk material perang lainnya.
5). Penggeseran kekuatan Laut ke Laut Merah. Sebuah kapal sewaan membawa kendaraan tempur dari Eropa dan AS bergabung ke Teluk , di samping itu membawa helicopter dan amunisi ke sebuah pelabuhan di Laut Merah.
b. Pihak Irak. Menanggapi reaksi AS yang mulai terlihat di sekitar Teluk , Irak mulai melakukan tindakan sebagai berikut :
1) Menggelar senjata anti pesawat terbang mengintari bangunan- bangunan penting sekitar Baghdad sejak Juli 2002.
2) Menanam balok-balok baja setinggi 1 meter yang memagari Zona kota Bagdad dengan kawat berduri.
3) Membangun parit perlindungan di sepanjang bantaran sungai Tigris dan di beberapa komplek kepresidenan.
4) Milisi partai berkuasa Bath dan Komando Saddam menumpuk makanan dan bahan bakar.
5) Membagikan senjata dan roket sederhana RPG (Rocket propelled grenaded) ke para pendukungnya.
17. Tahap Pelaksanaan.
a. Pihak Koalisi
1). Serangan awal dengan Rudal Jelajah Tomahawk. Sebagai pembuka serangan sasaran strategis seperti pusat Kodal, Transportasi, Komunikasi menggunakan BGM-109 Tomahawk pada dini hari tanggal 17 Januari 2003. Disusul pemboman jet siluman F-117 Nighthawk dengan sasaran pusat komando Irak menggunakan 4 bomb berpemandu laser GBU 24. Sebelum serangan dimulai didahului dengan pesawat EF-111 Raven yang bertugas mengganggu system radar Irak. Kemudian pesawat EA – 6B Prowler, A-6E Intruder dan FA-18 Hornet yang dikawal F - 14 Tomcat bertugas menghancurkan Radar dan Rudal Irak (Electronic Warfare) (Invasi ke Irak, Edisi Koleksi Angkasa, Dispenau, 2003, hal.12).
2). Serangan dari arah Selatan. Pintu masuk menerobos pertahanan Irak adalah melalui arah selatan, karena di wilayah tersebut telah tergelar beberapa pangkalan Amerika yaitu di Qatar, Oman, Bahrain, Arab Saudi, Kuwait serta beberapa kapal induk yang sudah berada di laut Persia. Kekuatan udara yang dilibatkan pembom B-52 dan heli Apache yang berfungsi sebagai Air Cover pasukan darat (ABC.News//L-8),
3). Serangan dari arah Utara. Untuk memecah perhatian pasukan Irak dalam mempertahankan kota Baghdad, pasukan Koalisi menggunakan dua poros serangan dari arah Selatan dan Utara. Penyerangan dari arah utara akhirnya pasukan Koalisi dapat menduduki kota Mosul dan Arbil. Selanjutnya pasukan Koalisi melanjutkan gerakan menuju kota Baghdad. Walaupun mendapat perlawanan dari Garda Republik namun pasukan Koalisi
dapat menduduki kota Mosul, Arbil dan selanjutnya menuju Baghdad.
4). Perang Informasi. Dalam peristiwa invasi AS di Irak, pemerintah George W. Bush juga menerapkan strategi perang informasi yang luar biasa. George W. Bush sadar betul, bahwa tanpa pembentukan opini publik maka ia akan memperoleh kecaman baik dari publiknya sendiri maupun masyarakat dunia internasional.
5). Penguasaan Bandara Internasional Bagdad. Jatuhnya Bandara Internasional Saddam Hussein ke tangan pasukan Koalisi pada tanggal 5 April 2003 mengejutkan banyak pihak baik dari pihak Irak maupun pasukan Koalisi. Dalam peperangan modern sebuah Bandara mempunyai peran yang sangat penting, terlebih dalam perang Teluk tahap kedua ini, Irak telah mempersiapkan untuk dipertahankan mati-matian dan bila mungkin sebagai sarana evakuasi bagi pemerintahan Saddam Hussein untuk lari ke luar negeri. Setelah dikuasai dimanfaatkan untuk mendukung operasi selanjutnya yaitu droping pasukan dan logistik.
6). Kekalahan Irak. Kejatuhan Irak hanya berlangsung singkat yaitu 21 hari pertempuran dan kejatuhan pemerintahan Saddam Hussein disimbolkan dengan diruntuhkannya patung Saddam di pusat kota Baghdad.
b. Pihak Irak. Perlawan yang dilakukan Irak adalah :
1) Melawan dengan persenjataan yang ada.
2) Melawan dengan strategi perang kota.
3) Menggunakan pengacak sinyal GPS sehingga sasaran rudal AS melenceng. Peralatan anti GPS tersebut dari Rusia, namun dapat dihancurkan AS dengan pesawat B-1B dan F-117.
18. Tahap Pengakhiran.
a. Pihak Koalisi.
1) Mengamankan seluruh wilayah Irak sampai keamanan terjamin.
2) Menyusun pemerintahan baru dengan pemilu yang demokratis.
3) Merangkul suku-suku yang ada di Irak untuk membangun kembali Irak.
b. Pihak Irak.
1) Melaksanakan perang gerilya untuk bertahan.
2) Menggalang sisa kekuatan yang loyal kepada Saddam Hussein.
Penggunaan Macam Operasi Udara yang Menonjol
19. Strategi Perang Pasukan Koalisi dan Irak
a. Pasukan Irak. Memperbandingkan kekuatan pasukan Koalisi yang memiliki kemampuan darat, laut dan udara yang sangat unggul dengan kemampuan pasukan Irak yang mengandalkan pasukan Republican Guard serta milisi yang setia kepada presiden Sadam yang hanya dilengkapi dengan senjata ringan dan artileri tanpa perlindungan udara, maka strategi yang paling mungkin dilakukan Irak adalah dengan menghambat gerak maju pasukan Koalisi, mengulur waktu pertempuran, serta bertahan dengan menyiapkan perang gerilya kota. Harapan dari pasukan Irak dapat menggiring pasukan koalisi untuk terlibat langsung pada perang gerilya kota dimana pasukan Irak telah menguasai medan.
b. Pasukan Koalisi. Dalam penyerangan ke Irak, pasukan koalisi mendapat dukungan dari negara tetangga Irak antara lain Turki di bagian utara yang memberikan izin untuk pemakaian wilayah udaranya dan negara Arab Saudi dan Kuwait di Selatan yang memberikan wilayahnya menjadi pangkalan militer baik di darat maupun di laut. Dari pertimbangan strategis dan taktis, pasukan koalisi menentukan strategi bertempur dengan menggunakan dua arah serangan untuk menduduki kota Bagdad.
1) Serangan dari Arah Selatan. Pintu masuk menerobos pertahanan Irak adalah melalui arah selatan, karena diwilayah tersebut telah tergelar beberapa pangkalan Amerika yaitu di Qatar, Oman, Bahrain, Arab Saudi, Kuwait serta beberapa kapal induk yang sudah berada di laut Persia. Serangan dari arah selatan dititikberatkan untuk merebut Pangkalan Laut Umm Qasr guna mendaratkan pasukan Tank dan dukungan Logistik pihak koalisi untuk melanjutkan serangan ke kota-kota di Selatan Irak.
2) Serangan dari Arah Utara. Untuk memecah perhatian pasukan Irak dalam mempertahankan Kota Bagdad, pasukan koalisi menggunakan dua poros serangan yaitu dari arah selatan dan utara. Penyerangan dari arah utara mendapatkan perlawanan, namun dengan diperkuat oleh Pasukan Kurdi yang bermusuhan dengan pasukan Irak, akhirnya Pasukan Koalisi dapat menduduki kota Mosul dan Arbil yang selanjutnya bergerak ke kota Bagdad.
3) Perang Informasi. Amerika serikat menyadari bahwa tanpa pembentukan opini publik maka ia mendapat kecaman baik dari publiknya sendiri maupun masyarakat dunia internasional. Isu sentral yang gencar dilakukan untuk menghantam Irak adalah bahwa Irak telah mengembangkan senjata pemusnah massal yang sangat mengerikan dan dapat membahayakan keselamatan manusia.
20. Operasi Lawan Udara Ofensif. Dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keunggulan udara di wilayah Irak. Berupa peluncuran Rudal HARM yang melumpuhkan Sista Hanud lawan sehingga kemampuan Hanud menjadi hilang. Yang menjadi target adalah Rudal dan Radar Irak dengan menggunakan pesawat F/A-18 Hornet dan F-14 Tomcat dan F-4G Wildweasel.
21. Operasi Serangan Udara Strategis. Dilaksanakan untuk menetralisir kemampuan dan kemauan Irak untuk bertempur, hal ini dilakukan dengan menghancurkan sasaran bernilai strategis menggunakan bom pintar. Operasi ini meliputi :
a. Operasi Pengamatan Udara yang menggunakan teknologi satelit.
b. Operasi Pengintaian Udara, menggunakan pesawat EA-6B Prowler dan EF-111 Raven
c. Operasi Penyerangan Udara, menggunakan pesawat F-14, F-4G, F/A- 18, F-16 dan F-15. Sedangkan rudal yang digunakan adalah AGM-65 Maverick, rudal berpemandu laser AS 30L, bomb Cluster, GBU 24 dan GBU 27.
d. Operasi Perlindungan Udara, menggunakan pesawat F-14 Tomcat.
22. Operasi Dukungan Udara. Bertujuan untuk membantu kekuatan darat, laut dan udara Koalisi di mandala operasi. Operasi ini meliputi :
a. Operasi Pengintaian Udara Taktis.
b. Operasi Serangan Udara Langsung.
c. Operasi Perlindungan Udara.
d. Operasi Lintas Udara.
e. Operasi Pengisian Bahan Bakar di Udara.
f. Operasi SAR Tempur.
Analisis Penggunaan Strategi Udara
23. Perbandingan Kemampuan Dukungan Logistik. Dengan membandingkan data dari dukungan logistik, maka akan tampak jelas perbandingan yang mencolok antara kemampuan logistik pasukan Koalisi dengan pasukan Irak. Logistik pasukan Irak yang terdiri atas sarana dan prasarana serta peralatan tempur pasukan regular dan kelompok militan yang setia kepada Saddam, hanya terdiri dari peralatan tempur yang berada pada kondisi berkisar 50% – 70% serviceable, hal tersebut sungguh tidak seimbang dengan peralatan tempur yang digunakan oleh pasukan koalisi. Dimana di dalamnya terdapat Amerika Serikat yang telah mengembangkan kemampuan dukungan logistik tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran. Ketidakseimbangan ini bila dicermati secara mendalam maka akan semakin tampak jauh apabila memperhatikan kemampuan dukungan logistik secara keseluruhan baik bekal makanan, bekal kaporlap dan pemadam kebakaran, bekal bahan bakar minyak, bekal suku cadang, bekal senjata dan amunisi serta bekal khusus (Darat, Laut dan Udara). Kemampuan dukungan logistik yang handal jelas akan berpengaruh pada kontinuitas jalannya peperang yang sedang dilaksanakan.
24. Strategi perang yang digunakan AS dan Koalisi sangat efektif. Mengkampanyekan Air Power secara maksimal , sehingga AS tidak akan terlibat perang kota, sehingga kekuatan udara harus mutlak dikerahkan. Strategi ini ternyata sangat efektif yang memakan waktu perang relatif singkat dengan jumlah korban sedikit. Untuk itu maka serangan udara yang dilaksanakan adalah dengan ;
Operasi Pengamatan dan Pengintaian yang dilakukan dengan menggunakan teknologi satelit dan pesawat udara nir awak guna mendapatkan sebanyak mungkin data dan informasi tentang disposisi gelar kekuatan lawan guna dijadikan bahan bagi peimpinan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Operasi Serangan Udara Strategis dilaksanakan untuk menetralisir kemampuan dan kemauan Irak untuk bertempur, hal ini dilakukan dengan menghancurkan sasaran bernilai strategis menggunakan bom pintar atau smart bomb dan LGB (Laser Guide Bomb). Operasi Perlindungan Udara yang digelar untuk menjamin dan melindungi kekuatan kawan yang akan dan sedang menjalankan operasi, dilaksanakan sangat baik dengan memperhitungkan kemampuan kekuatan lawan yang ada. Operasi Lintas Udara yang dilaksanakan dengan menerjunkan pasukan payung dari airborne division guna mempercepat pendudukan di Irak menjadikan serangan lebih efektif dengan dapat dikuasainya bandara internasional di Bagdad. Operasi Pengisian Bahan Bakar di udara menjadi suatu tumpuan bagi kelangsungan suatu misi penyerangan, dimana pada saat pesawat tempur dituntut untuk banyak melakukan penyerangan maka dibutuhkan suplai bahan bakar yang dapat dilakukan secara efektif di mandala operasi. Untuk mengeliminir korban akibat peperangan dan menjaga moril pasukan agar tetap dapat melaksanakan pertempuran maka digelar Operasi SAR Tempur.
25. Komunikasi dan Informasi. Dengan kecanggihan teknologi dibidang komunikasi dan informasi, maka jaringan komunikasi dan informasi yang penggelarannya sudah diperhitungkan dengan cermat dan teliti maka terlihat bahwa keunggulan tersebut berada dipihak Koalisi karena dari waktu ke waktu mereka dapat memberikan informasi jelas tentang jalannya pertempuran serta penggambaran suasana yang terjadi. Walaupun terjadi perlawanan informasi dari pihak Irak namun kemampuan perlawanan di dalam sistem komunikasi dapat dengan cepat mengubah frekuensi yang dapat mengungguli jaringan komunikasi dari pihak Irak, maka hal ini sangat tidak berdampak. Dengan terbatasnya komunikasi Irak dan serangan terus menerus dari pihak Koalisi telah melemahkan pasukan Irak karena antara wilayah satu dengan lainnya menjadi terpisah-pisah sehingga memudahkan pasukan Koalisi melakukan pendudukan. Salah satu upaya mengoptimalkan dan mengefektifkan perang informasi adalah dengan Batalyon Komunikasi (Perhubungan) yang berfungsi sebagai pengendali operasi militer di Irak.
26. Keberhasilan pola Operasi Gabungan.
a. Kerja sama kekuatan Darat dan Udara. Setelah kekuatan pertahanan udara dan pesawat tempur Irak dilumpuhkan, maka pertahanan Irak hanya bertumpu pada kekuatan daratnya. kekuatan darat Irak yang telah digelar pada satuan-satuan republican guard dan regular Iraq army (corps I s/d V) segera menghadang desakan dari pasukan koalisi. Pada kondisi tersebut maka kekuatan udara pasukan koalisi segera memberikan bantuan serangan udara langsung kepada pasukan darat koalisi guna memaksa lawan untuk mundur dengan melaksanakan penembakan secara gencar dari udara, hal tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan percepatan operasi darat dan operasi-operasi selanjutnya. Hal ini sangat menurunkan ancaman nyata dari pasukan Irak terhadap kekuatan pasukan AS dan Inggris. Pada perang ini supremasi serangan udara tetap menjadi prioritas guna mengurangi kerugian kekuatan darat seminimal mungkin.
b. Kecepatan dan ketelitian. Pada perang Irak, Pasukan Koalisi memiliki suatu elemen yang dikenal dengan shock and awe (Maruli Tobing, Saddam Terpojok tapi Menang dalam Strategi, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/07/utama/242099.htm, 07 Apr 03). Kombinasi peralatan intelijen, pengawasan dan pengintaian, senjata dengan tingkat ketelitian tinggi dan system avionic yang baik telah memungkinkan dilaksanakannya operasi serangan di segala cuaca dengan ketelitian tinggi yang dapat membatasi dampak serangan terhadap korban jiwa dan kerusakan fasilitas sipil yang jelas-jelas tidak membahayakan di dalam peperangan.
c. Sistim C4ISR. Pasukan Koalisi menerapkan pola operasi gabungan dengan memfokuskan kemampuan untuk memonitor perkembangan
operasi di lapangan dan penentuan sasaran secara tepat dan secepat mungkin. Untuk itu diperlukan suatu sistem kontrol yang sudah terintegrasi
dengan baik. Upaya tersebut dikembangkan untuk mempersingkat respon terhadap dinamika operasi sampai dengan hitungan menit pada perang Irak. Hal ini dilakukan dengan cara mengamati perkembangan yang semakin cepat dalam pemanfaatan ruang udara, penggunaan pesawat udara nir awak (UCAV dan UAV), pesawat udara, intelijen perhubungan, intelijen elektronika, analisa gambar udara, taktik pasukan khusus dan intelijensia manusia.
27. Peran Faktor Non Tempur Dalam Mendukung Kemenangan AS.
a. Teknologi GPS. Sebagai suatu alat yang dapat menentukan posisi dan koordinat pasukan kawan GPS telah berperan besar dalam turut menentukan keberhasilan operasi militer AS dan Koalisinya. Lebih dari 100.000 pesawat penerima GPS ringan dan berakurasi tinggi telah digunakan oleh kekuatan darat, sampai dengan tingkatan regu. Satuan Marinir menggunakan 5.400 unit, sampai dengan tingkatan peleton. Penggunaan teknologi GPS telah mempercepat gerakan satuan darat dimana alat ini dapat dikombinasikan dengan peralatan computer yang datanya dapat di monitor di ruang operasi.
b. Peran komponen cadangan AS. Dari sisi lain dapat dilihat bahwa pelibatan jumlah pasukan AS yang besar pada perang Irak sangat ditunjang dengan pengerahan Komponen Cadangannya (reserve) yang meliputi cadangan AD, Penjaga Nasional (Army National Guard), cadangan AL, cadangan AU dan cadangan Marinir dan Penjaga Nasional AU dengan jumlah total 40.400 orang. Dengan melibatkan komponen cadangannya maka dapat terlihat bahwa peran komponen cadangan di dalam suatu peperangan merupakan totalitas kemampuan untuk bertempur di dalam mendukung komponen utama untuk memenangkan perang.
c. Perang Informasi dan opini publik. Untuk dapat mengendalikan informasi dan membentuk suatu opini publik yang menguntungkan maka militer AS mengembangkan dan menerapkan “upaya pemaksa” di dalam menjalankan strategi perang informasi, misalnya dengan cara melakukan suatu operasi tertentu terhadap media massa yang tidak sejalan dengan kebijakan operasi militer AS di Irak. Sebagai contoh stasiun Aljazera sengaja dijamming oleh militer AS. Demikian juga perlakuan terhadap awak media massa yang tengah melakukan tugas jurnalistik di Irak sempat diganggu oleh militer AS. Strategi perang informasi yang diterapkan untuk membangun dan merubah opini piblik sangat efektif dalam mengendalikan informasi.
d. Faktor Manusia, Latihan dan Kesiapan Tempur. Sebagai suatu negara yang menjalankan peran sebagai polisi dunia maka personel militer AS dituntut untuk dapat beroperasi di seluruh penjuru dunia, baik yang beriklim tropis maupun subtropis. Pengerahan personel dan perlengkapan militer yang besar juga perlu ditunjang dengan tingkat latihan yang memadai untuk menjamin kesiapan tempur pasukan AS dan Koalisinya. Pasukan koalisi dapat diamati telah mencapai tingkatan yang baik pada aspek ini ditinjau dari rendahnya angka kecelakaan yang terjadi. kemampuan mempertahankan intensitas operasi tempur selama berhari-hari, kemampuan mengatur operasi udara yang sangat kompleks serta kemampuan menyelenggarakan dukungan logistik serta penampilan kualitas yang tinggi dalam penerapan operasi gabungan.
e. Dukungan Separatis Kurdi. Mengingat di negara Irak sedang mengalami pergolakan internal di dalam negerinya, maka upaya cerdik yang dilakukan oleh pasukan koalisi adalah mendekati suku Kurdi. Suku Kurdi yang telah melakukan pemberontakan sejak tahun 1923 dan mendiami wilayah Irak bagian Utara merupakan ancaman bagi pemerintahan Irak, pada saat pasukan Koalisi melakukan penyerangan dari arah Utara yang juga didukung oleh Turki, maka suku Kurdi telah dimanfaatkan oleh pihak Koalisi dan hal ini sangat membantu dalam penyerangan kota-kota di wilayah utara.
f. Nilai Teknologi “ Keunggulan di malam hari dan di segala cuaca”. Kecanggihan teknologi AS dan Koalisinya telah membuat superioritas pasukan tersebut terhadap pasukan Irak hampir diseluruh wilayah operasi. Khususnya pasukan AS dan Inggris dapat bertempur dan bermanuver
dengan baik pada malam hari, termasuk melanjutkan operasinya pada kondisi badai gurun, awan rendah dan hujan di lumpur padang pasir sekalipun. Keunggulan teknologi memudahkan pergerakan pasukan koalisi di kondisi medan yang tidak diperhitungkan oleh pasukan Irak untuk menyerang dengan tiba-tiba atau pendadakan. Nilai keunggulan teknologi menjadikan kondisi medan yang sulit sebagai sarana di dalam melaksanakan pendadakan.
28. Air Power Sebagai Jaminan Keberhasilan Invasi. Perang modern, dalam dunia global, lebih akan bersifat multidimensi. Tidak hanya bertumpu pada suatu pola penyerangan dari kekuatan darat atau laut saja, tetapi akan lebih mengutamakan kemampuan dari air power. Dilihat dari luas wilayah serta perbandingan daya tempur yang seimbang maka kemenangan Amerika kali ini merupakan kemajuan yang sangat signifikan didasari pada manajemen perang modern yang mengetengahkan kekuatan udara sebagai kekuatan inti atau dapat dikatakan Amerika telah mengandalkan dan mempraktekan Air Power sebagai kekuatan nyata. Kenyataan ini mengubah pola perang lama yang mengandalkan dari deterance dan pertahanan strategis menjadi assurance dan penyerangan strategis dengan segala resiko. Sesuai dengan prinsip perang, Obyektif dari penyerangan strategis tersebut bertujuan untuk merebut , memegang teguh dan mengeksploitasi penyerangan sehingga didapat kebebasan bertindak bagi pasukan Darat dan Laut. Hanya satu kekuatan yang dapat mengontrol serta menjamin keberhasilan kebebasan bertindak yaitu Kekuatan Udara atau lebih dikenal Air Power.
Pelajaran yang Bermanfaat Bagi TNI AU.
29. Penggunaan Azas Perang Udara. Dengan melihat kemampuan pasukan Koalisi yang dipimpin AS dan kelemahan-kelemahan pasukan Irak maka dapat diambil beberapa pelajaran yang bermanfaat bagi TNI AU tentang penggunaan azas perang yaitu :
a. Azas Tujuan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus dapat menentukan tujuan yang ingin dicapai dan konsisten di dalam pelaksanaan operasi sesuai tujuan yang telah ditentukan.
b. Azas Penyerangan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu berinisiatif untuk menyerang sehingga dapat memilih
menentukan waktu, tempat ,jenis, system senjata yang digunakan serta prioritas sasaran.
c. Azas Pendadakan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu melakukan serangan pada waktu dan tempat yang tidak di duga sebelumnya oleh musuh, sehingga menimbulkan kegoncangan bagi musuh.
d. Azas Pengamanan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU mampu melaksanakan tindak pengamanan yang tepat agar dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan operasi. Hal ini perlu pengamanan informasi yang baik agar musuh tidak mengetahui kekuatan kita yang sebenarnya.
e. Azas Pemusatan Serangan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu memusatkan serangan pada sasaran strategis yang dapat membatalkan niat lawan untuk perang. Penyerangan harus benar- benar pada Center of Grafity lawan.
f. Azas Ekonomis. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu menentukan sasaran terpilih dengan tanpa menghambur- hamburkan sumber daya. Hal ini diperlukan data target yang akurat serta didukung persenjataan dengan tingkat presisi yang tinggi.
g. Azas Kesatuan Komando. Operasi udara yang dilaksanakan harus mampu menkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh tindakan menuju tercapainya satu tujuan, sehingga fungsi kodal yang efektif menjadi hal yang sangat penting.
h. Azas Kesederhanaan. Dalam melaksanakan operasi udara TNI AU harus mampu menyusun struktur komando, strategi, perencanaan, taktik, prosedur dan perintah operasi yang jelas, sederhana dan mudah dimengerti.
j. Azas Kekenyalan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan situasi dan kondisi .
k. Azas Kohesi. Dalam melaksanakan operasi udara TNI AU harus mampu mempersatukan satuan-satuan udara berdasarkan rasa kebersamaan melaluai latihan-latihan pertempuran.
30. Penguasaan Teknologi Tinggi. Dengan kemampuan teknologi tinggi maka perang modern dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat dan jumlah korban yang sangat minim dibandingkan pada perang-perang terdahulu (PD. I dan PD. II). Bagi TNI AU penguasaan teknologi merupakan salah satu kebutuhan yang harus dicapai ke depan sesuai dengan perkembangan jaman dan merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh ditawar lagi apabila ingin berhasil dalam menjalankan operasi militer.
31. Pentingnya Suatu Perencanaan. Perencanaan yang matang dalam suatu Operasi Udara harus dipersiapkan pada jauh-jauh hari sebelum hari ”H”. TNI AU harus belajar dari pasukan Koalisi yang mempersiapkan penyerangan ke Irak jauh hari sebelumnya. Guna mewujudkan tujuan yang ingin dicapai secara cepat dan tepat pada sasaran dengan jumlah korban yang minimal. Kekuatan yang digunakan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan operasi militer sesuai doktrin yang baru yaitu Air Power.
32. Kemampuan Intelijen. Kemampuan intelijen merupakan suatu sarat penting guna mengetahui kemampuan kekuatan dan dislokasi pasukan lawan. Dalam ”Operations Iraqi Freedom” Faktor utama keberhasilannya karena didukung oleh kemampuan intelijen yang handal. Untuk mencapai hal tersebut Pasukan AS menggunakan peralatan berteknologi tinggi, GPS, Satelit, pesawat udara nir awak maupun pesawat intai modern dalam mendapatkan informasi intelijen yang akurat. Bagi TNI AU hal tersebut menjadi suatu kebutuhan apabila ingin berhasil dalam tugas Operasi udara.
33. Kemampuan Air Power. Kekuatan Udara (air power) merupakan bentuk kekuatan yang telah disinergikan dari seluruh potensi kekuatan dirgantara yang terbukti dapat mengontrol serta menjamin kebebasan bertindak bagi pasukan darat untuk merebut Irak. Bagi TNI AU kekuatan udara haruslah dijadikan kekuatan penentu dalam operasi gabungan dan perlu dikembangkan agar dapat berperan sesuai dengan contoh pada perang Irak Tahun 2003 tersebut.
34. Kesiapan Personel, Latihan dan Kesiapan tempur. Bagi TNI AU yang professional haruslah mengandung unsur akuntabilitas dan kredibilitas yang bisa dibanggakan untuk itu maka perlu suatu kesiapan yang tinggi, latihan dan kesiapan tempur bagi personelnya. Jika kita melihat tolak ukur kesiapan personel pasukan Koalisi maka dapat dilihat dari rendahnya angka kecelakaan yang terjadi, kemampuan mempertahankan intensitas operasi tempur selama berhari-hari, kemampuan mengatur operasi udara yang sangat kompleks serta kemampuan dukungan logistik yang handal. Semuanya ini dapat dicapai dengan latihan yang baik, terprogram, intensif dan didukung fasilitas yang memadai.
35. Kemampuan dukungan logistik. Logistik tidak memenangkan perang tapi tanpa logistik mustahil kemenangan akan dicapai. Ungkapan tersebut adalah benar, hal ini telah dibuktikan oleh AS dimana mampu mendukung ribuan sorties pesawat, logistik personel, ammonisi dan kebutuhan lainnya dalam perang melawan Irak. Untuk itu maka dengan segala keterbatasannya TNI AU harus mampu memenuhi kebutuhan logistiknya agar tetap dapat melaksanakan tugas operasi udara dengan baik.
36. System C4ISR yang Baik. Aplikasi System C4ISR dalam pola operasi gabungan dalam Perang Irak Tahun 2003 memfokuskan kemampuan untuk memonitor perkembangan operasi di lapangan dan penentuan sasaran secepat mungkin yang terintegrasi dengan baik. TNI AU dapat mengambil pelajaran dengan menambah kemampuan Intelijen, Surveilence dan reconnissance secara bertahap menjadi K4IPP (Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian) sesuai dengan buku putih Dephan tahun 2003 tentang Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21 untuk dapat meningkatkan integrasi Kodal pada operasi gabungan antar angkatan.
37. Keberhasilan Diplomasi. Upaya diplomasi merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam penentu keberhasilan, demikian yang dilakukan oleh AS yang dapat meyakinkan negara-negara lain untuk menurunkan Saddam Hussein
dalam perang Irak Tahun 2003. Hal yang dipetik dari keberhasilan diplomasi bagi Indonesia adalah untuk menjamin kepentingan dan tujuan nasional dimana dalam kondisi perang upaya diplomasi diperlukan untuk mendapatkan support dari negara lain sedangkan dalam masa damai upaya diplomasi digunakan untuk menjaga hubungan antar negara agar tercipta perdamaian. Bagi TNI AU upaya diplomasi menjadi hal yang sangat penting baik pada masa damai maupun dalam perang.
Kesimpulan dan Saran
38. Kesimpulan.
a. Pelaksanaan Operasi militer AS dan sekutunya ke Irak merupakan suatu tindakan kontroversial AS dalam mempraktekan strategi global untuk memenuhi kepentingannya. Di sisi lain, operasi militer tersebut merupakan wujud perang abad ini yang sarat dalam penggunaan teknologi modern dan aplikasi strategi serta taktik bertempur. Hal ini merupakan pelajaran yang berharga terutama ditinjau dari doktrin, strategi dan taktik yang digunakan dalam pengerahan kekuatan gabungan yang cukup besar.
b. Perbedaan kemampuan tempur antara pasukan AS dan sekutunya dengan pasukan Irak, telah memberikan keunggulan pasukan Koalisi hampir diseluruh front pertempuran. Kemenangan yang dialami oleh pasukan militer AS dan sekutunya karena adanya pengerahan pasukan/kekuatan militer dengan peralatan canggih yang didukung personel profesional serta strategi, doktrin dan Kodal yang baik.
c. Manfaat yang diambil oleh TNI AU dalam Perang Irak Tahun 2003 adalah dengan keterbatasan alutsista yang ada saat ini masih perlu banyak sekali yang harus dibenahi dan ditingkatkan. Hal tersebut menunjukkan betapa kita tertinggal jauh dengan AS dan Koalisinya. Namun demikian justru harus menjadi cambuk untuk meningkatkan kemampuan personel TNI AU di masa mendatang.
39. Saran.
a. Perang Irak Tahun 2003 yang dilakukan AS dan Koalisinya terhadap Irak sebaiknya dijadikan pelajaran bagi TNI AU didalam melaksanakan operasi udara pada masa mendatang .
b. Demi terjaganya eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu kiranya Pemerintah memikirkan untuk membangun suatu Kekuatan Udara yang modern.
Penutup.
40. Demikianlah penulisan naskah dengan judul Analisa Operasi Udara Dalam Perang Irak Tahun 2003 dan Manfaatnya bagi TNI Angkatan Udara, dengan harapan dapat bermanfaat dalam mengembangkan TNI Angkatan Udara ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar anda di sini.