28 September 2009

Halal Bihalal Depohar 60


Dalam rangka mempererat tali silahturahmi, Depo Pemeliharaan 60 Lanud Iswahjudi menggelar acara halal bihalal yang telah dilaksanakan pada hari Jum'at, 25 September 2009.




Acara tersebut diawali dengan pelaksanaan apel khusus yang dipimpin langsung oleh Komandan Depo Pemeliharaan 60 Kolonel Tek. Mahendradatta, S.IP sebagai sarana pengecekan kekuatan personel setelah menjalankan cuti Idul Fitri 1 Syawal 1430 H. Dalam kesempatan tersebut, Komandan Depo Pemeliharaan 60 juga menekankan agar setiap personel Depohar 60 untuk segera men-switch kinerjanya kembali pada suasana kerja semula. Di samping itu pula disampaikan tentang gambaran rencana kegiatan ke depan yang perlu segera menjadi perhatian bagi seluruh personel Depohar 60.

Menkominfo Persilakan Miyabi ke Indonesia

detikcom - Minggu, September 27




     Sejumlah kelompok dengan tegas menentang rencana kedatangan Miyabi untuk berakting di Indonesia. Sebaliknya, Menkominfo Mohammad Nuh justru tak melarang kedatangan bintang porno itu.

     Perempuan yang bernama asli Maria Ozawa tersebut rencananya akan membintangi film komedi bertajuk 'Menculik Miyabi'. Raditya Dika didapuk sebagai penulis skenario sekaligus membintangi film tersebut.
     Ternyata rencana tersebut mendapat tanggapan pro dan kontra. Menkominfo pun punya pendapat sendiri dengan masalah tersebut. Ia mendukung Miyabi asalkan ada syaratnya.
     "Kalau dia di Indonesia tidak melakukan kegiatan-kegiatan porno, secara legal tidak bisa dilarang," ungkapnya usai memberikan ceramah dan meresmikan situs Madrasah Qudsiyah di Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (26/9/2009).
     Nuh pun melihat, bahwa penolakan terhadap Miyabi dari berbagai pihak sebenarnya bukan faktor kebencian, melainkan sebagai seruan moral. "Jadi kita harus menghormati pendapat mereka yang menolak," jelasnya.
     Untuk itu, mantan Rektor ITS itu menyarankan, agar masyarakat tidak membuat kegiatan yang kontroversial. "Tetapi kreativitas hendaknya tidak lantas mengabaikan kepekaan sosial."
     Berita yang dilangsir oleh suatu media tersebut jelas-jelas akan membawa kita pada suatu pilihan antara pro & kontra. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya warga negara Indonesia lebih cenderung untuk memilih nilai-nilai budaya timur yang terkenal dengan menjaga kesopanan & kesantunannya. Akan tetapi nilai-nilai seperti itu sudah kurang relevan bagi suatu generasi sekarang, apalagi jika disangkutpautkan dengan kepentingan komersil dengan nilai jual yang tinggi. Hal yang sedemikian tersebut perlu adanya tiang-tiang penyangga yang menjadikan patokan atau pedoman dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Secara ringkas pedoman tersebut patutlah diambil dari nilai-nilai dasar/hakiki yang tidak bukan adalah agama. Dalam agama sudah jelas dikatakan bahwa setiap perbuatan kita pasti akan ada balasannya. Silahkan mana yang anda pilih sekarang?


22 September 2009

MENGUBAH PARADIGMA KEPEMIMPINAN TNI AU DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AU PADA MASA MENDATANG



Pendahuluan.

1. Dalam sejarah kehidupan umat manusia memperlihatkan kepada kita bahwa sejak jaman dahulu, manusia yang hidup berkelompok sudah mengenal pemimpin-pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal. Ungkapan kehidupan seorang pemimpin merupakan biografi yang banyak ditulis, namun semuanya tidak membahas secara teoritis tentang pendekatan penilaian atau evaluasi ciri-ciri dan sifat-sifat kepemimpinannya.

Sejarah perjalanan masa lalu telah memberikan pelajaran bagi dunia bahwa sifat keserakahan dan haus akan kekuasaan seorang pemimpin atau tokoh-tokoh dunia hanyalah akan menimbulkan kesengsaraan dan kehancuran kehidupan umat manusia di bumi ini. Memasuki era globalisasi dewasa ini, TNI Angkatan Udara memerlukan kemampuan sumber daya manusia yang memadai dari segi kualitas. Kemampuan personel yang memadai adalah merupakan prasarat utama dalam mewujudkan postur TNI Angkatan Udara yang profesional di masa depan. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kepemimpinan TNI AU karena peran kepemimpinan yang diterapkan tentunya selalu berorientasi pada keberhasilan tugas yang diembannya. Namun, pencapaian kinerjanya dirasakan belum mantap dikarenakan peran kepemimpinan tersebut masih dirasakan belum optimal dalam beberapa hal antara lain kurangnya memprediksi perubahan, kurang dapat mengendalikan sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin, perilaku kepemimpinan yang kurang proposional dan kurangnya kewibawaan seorang pemimpin serta lemahnya mental dan psykologi pemimpin.
2. Memperhatikan kondisi tersebut di atas, maka peran kepemimpinan TNI AU belum sesuai harapan. Artinya seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang dewasa ini dan dihadapkan pada tugas TNI Angkatan Udara yang cukup berat dan semakin komplek, kemampuan peran kepemimpinan TNI Angkatan Udara tersebut masih bisa ditingkatkan dan dikembangkan menuju terwujudnya postur TNI Angkatan Udara yang profesional. Sehingga pada akhirnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai harapan.

3. Untuk itu maka perlu ditempuh langkah-langkah pemecahan yang komprehensif dan integral serta berkesinambungan dengan memandang jauh kedepan yang menyangkut kemampuan personel perwira TNI AU menuju terwujudnya postur TNI Angkatan Udara yang profesional di masa depan. Untuk terealisasinya harapan tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi baik eksternal maupun internal, disamping itu perlu pemikiran yang jernih dan pertimbangan jauh ke depan. Oleh karena itu perlu upaya meningkatkan kemampuan personel perwira TNI Angkatan Udara yang memadai dari segi kualitas yang handal.

4. Maksud dan Tujuan. Adapun maksud dan tujuan di dalam penulisan naskah ini antara lain :

a. Maksud. Maksud dari penulisan naskah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang penganalisaan model kepemimpinan TNI AU pada masa mendatang.

b. Tujuan. Adapun tujuan dari penulisan tersebut adalah sebagai bahan masukan bagi pimpinan TNI AU dalam menentukan kebijakan guna meningkatkan peran kepemimpinan TNI AU pada masa mendatang.

5. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada Penganalisaan model kepemimpinan TNI AU pada masa mendatang, dengan tata urut sebagai berikut :

a. BAB I Pendahuluan.

b. BAB II Ringkasan Riwayat Hidup Mussolini.

c. BAB III Analisis Kepemimpinan Mussolini.

d. BAB IV Gagasan Kepemimpinan TNI AU pada masa mendatang.

e. BAB V Kesimpulan dan Saran.

f. BAB VI Penutup.


BAB II
RINGKASAN RIWAYAT HIDUP MUSSOLINI

6. Perjalanan Panjang Mussolini.

a. Putra Seorang Tukang Besi dan Guru Sekolah Dasar. Benito Mussolini lahir di desa Dovia di Pedropia, Provinsi Forly, Italia, pada tanggal 29 Juli 1883. Ayahnya, Alesandro Mussolini adalah seorang pandai besi. Ibunya, Rosa Maltoni adalah seorang guru sebuah sekolah dasar. Oleh ayah dan ibunya ia diberi nama lengkap Benito Almicare Andrea Mussolini. Nama Benito diambil dari nama tokoh reformasi Meksiko, Benito Juarez. Andrea dan Almicare merupakan nama dari dua tokoh sosialis Italia, Andrea Costa dan Almicare Cipriani. Ayahnya yang seorang tukang besi berwatak keras dan kritis. Sementara itu, ibunya yang seorang guru sangat lemah lembut. Didikan kedua orang tua dengan profesi berbeda ini terkristalisasi dalam diri Mussolini. Sejak kecil Mussolini sudah menunjukan diri sebagai pribadi yang kuat, tidak disiplin, cenderung bertindak kasar, tetapi memiliki ketajaman intelektual. Mussolini kecil dikenal sebagai anak yang nakal dan bandel, tetapi di sekolah terbilang anak yang cerdas dengan ketajaman inteligensi yang memadai. Sayang, perilaku bandelnya membuat ia seringkali berhadapan dengan masalah. Ia tidak takut pada siapapun, kecuali pada ayahnya sendiri. Saat berusia delapan tahun, ia diusir dari gereja oleh ibunya, karena menjahili orang di bangku gereja dan melempari mereka dengan batu usai berdoa di gereja. Pada usia yang sama ia dikirim orang tuanya ke asrama untuk mengendalikan kenakalannya. Di sana Mussolini menjadi siswa berprestasi. Tetapi kelakuan Mussolini rupanya tidak berubah. Karena itu, memasuki tahun ketiga pihak sekolah terpaksa mengeluarkannya. Namun karena kemampuan akademisnya tahun 1901 pada usia 18 tahun, Mussolini meraih gelar sarjana keguruan dan mendapat lisensi untuk menjadi guru sekolah dasar. Ayahnya yang merupakan anggota sosialis internasional I, menanamkan sikap kritis dan bahkan pembangkangan terhadap segala bentuk otoritas dalam diri Mussolini, kecuali otoritas ayahnya sendiri. Begitu menginjak usia dewasa ia mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang sosialis. Dari ibunya, Mussolini mewarisi pemikiran tentang pentingnya pendidikan bagi seorang individu. Sebagaimana ia mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang sosialis, begitu meraih gelar sarjana, Mussolini juga mengikuti jejak ibunya menjadi guru sekolah dasar, meskipun dilakoninya hanya setahun.

b. Semalam di Penjara Swiss. Hanya setahun Mussolini menjalani profesi pedagogisnya menjadi guru di sekolah dasar. Tahun 1902, sebuah momen transisi terjadi dalam hidup sang calon diktator ini. Demi menghindari wajib militer, ia memutuskan untuk beremigrasi ke Swiss. Di sana ia hidup seorang diri, karena ibu dan ayahnya tidak ikut beremigrasi. Untuk membiayai hidupnya, Mussolini berusaha mendapatkan pekerjaan tetap. Semula usahanya tidak berhasil dan hidup sebagai pengangguran. Ia pun ditangkap karena dianggap sebagai gelandangan. Atas tuduhan tersebut, Mussolini harus mendekam semalam di penjara. Di Swiss benih kepemimpinan Mussolini mulai berkecambah. Ia bertemu dan bergabung dengan kelompok revolusioner dan ikut serta dalam pergerakan kaum sosialis. Namun keterlibatannya dengan kelompok tersebut mengakibatkan dia mendapat sangsi deportasi oleh pemerintah Swiss. Pada tahun 1904 Mussolini kembali ke Italia dan terpaksa masuk wajib militer. Tidak lama kemudian ia kembali lagi ke Swiss. Mengingat riwayat hidup sebelumnya, pemerintahan Swiss kembali berupaya mendeportasi Mussolini ke Italia. Deportasi kedua ini berhasil di atasinya berkat lobi dan diplomasi anggota parlemen partai sosialis Swiss, yang mengenal Mussolini sebagai salah satu kader mereka.

c. Jurnalis Partai Sosialis.

1) Pada tahun 1908 – 1909 Mussolini menetap di Trentino, sebuah kota yang secara etnis dihuni warga Italia, tetapi secara administratif berada di bawah kontrol Austria – Hungaria. Masa ini kemudian menjadi salah satu era penting dalam kiprah politik Mussolini. Pada tahun 1909 ia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan di kantor partai sosialis setempat, sekaligus editor untuk surat kabar partai L’Avvenine del Lavoratore (Masa Depan Kaum Buruh). Dalam waktu singkat emigran asal Italia ini berkenalan dengan seorang wartawan dan politisi sosialis, Cesare Battisti. Ia diminta menulis untuk surat kabar Il Popolo, pekerjaan tambahan yang harus dilakoninya sebagai anggota partai sosialis. Dengan gaya polemik Mussolini mulai merasuki pikiran para pembacanya. Ia mengkritik secara tajam apapun yang menurutnya tidak memiliki semangat revolusioner. Lewat Particella, L’amante del Cardinale (The Cardinal’s Mistress), novel yang ditulisnya, ia menyampaikan kritik tajam terhadap otoritas gereja. Novel itu diterbitkan secara serial pada tahun 1910. Keberanian Mussolini mencoreng otoritas gereja menjadi salah satu alasan yang membuat dirinya dideportasi. Kematian ibunya memanggil calon diktator ini pulang ke tanah kelahirannya. Meskipun demikian, serial Particella, L’amante del Cardinale masih menghiasi halaman surat kabar Il popolo.

2) Keahlian jurnalistik yang dipelajari ketika tinggal di Trento menjadi modal Mussolini ketika kembali ke Italia. Perlahan-lahan ia merintis lorong politiknya sendiri. Tanpa hambatan berarti ia diterima menjadi staf surat kabar Avanti (maju) salah satu organ sentral dari partai sosialis Italia. Antonio Gramsci, pendiri partai komunis Italia, juga pernah aktif menulis untuk majalah ini. Ia menulis dengan gaya jurnalisme yang baru, tajam, kritis dan mengejutkan para pembaca dan mengindoktrinasi spirit baru ke dalam barisan sosialis. Sejak menjadi anggota partai sosialis, garis politik Mussolini sangat jelas terbaca : bebas seperti seorang seniman: dia meramu sosialismenya dengan memadukan pemikiran dua tokoh sosialis Peter Kropotkin dan Lousi Blanqui, dengan dua pemikir komunis Karl Marx dan Friedrich Angel. Di lingkungan kaum sosialis, Mussolini sangat menarik perhatian, dipuja dan akhirnya menebar kekaguman luar biasa. Secara spesifik dia menyerang kaum religious, melitrisme dan reformisme. Mussolini menganjurkan revolusi di segala bidang. Untuk persoalan ini ia tampil secara ekstrem dan tidak segan-segan melakukan kekerasan. Di sisi lain, Mussolini juga fasih berbicara dan memiliki kapasitas leadership yang kuat.

3) Pada tahun 1912, untuk pertama kalinya ia muncul di depan kongres Partai Sosialis. Dihadapan peserta kongres, ia berbicara dengan penuh keyakinan, tangkas memilih kata-kata sekaligus penuh dengan ironi dan sindiran tajam. Mussolini tampil dengan oposisi yang kritis. Dia memanfaatkan kondisi partai yang lamban, birokratis dan sedang dilanda beban, untuk memasukan ide modernitas dan dinamisme, menentang keinginan melakukan revolusi saat gerakan revolusi mulai merebak di seluruh kota. Sebagai seorang oportunis, Mussolini mula-mula membiarkan angin revolusi ini berhembus, sebelum akhirnya ia sendiri terjun ke dalamnya dengan layar terkembang.

4) Ketika perang dunia I pecah pada tahun 1914, Mussolini sudah meraih puncak pimpinan Partai Sosialis di Provinsi kelahirannya, Forli. Namun ambisinya tidak pernah terwujud sepenuhnya, karena pada masa itu golongan sosialis Italia diduduki oleh orang-orang yang lebih suka damai dan tidak menghendaki adanya revolusi. Merasa tidak menemukan jalan yang tepat di tubuh sosialis. Pada bulan Oktober 1914 Mussolini mengundurkan diri dari partai dan jabatannya sebagai editor Avanti. Sebulan kemudian, ia menerbitkan surat kabar Il popolo versi Italia di Milan, menyusul masuknya Italia ke kancah perang dunia I. Mussolini sendiri tidak bisa terjun langsung ke medan pertempuran setelah mengalami kecelakaan saat mengikuti latihan meledakan granat tanggal 23 Februari 1917. Masa-masa ini digunakannya untuk lebih intensif mengurusi Il Popolo d’Italia, surat kabar yang kelak menjadi media untuk meluaskan propaganda kekuasaan dan gagasan fasismenya di seluruh Italia. Sejak saat itu pula hubungan Mussolini dengan partai sosialis terputus sama sekali. Kelak ketika sudah menjadi pemimpin fasis, Mussolini justru berbalik menyerang kaum sosialis.

d. Berubah Haluan: Dari Sosialis Menjadi Fasis. Tahun pertama perang merupakan masa paling agresif bagi Mussolini untuk mempersiapkan pergerakannya. Ia memasuki basis kaum borjuis, musuh para kelompok sosialis. Mussolini yang semula dididik dalam lingkungan kaum sosialis nyata-nyata berkhianat. Ketika terjadi konflik antara kaum sosialis dan kaum sindikalis yang menentang keterlibatan Italia dalam perang Dunia I, tanpa ragu-ragu Mussolini berpihak pada kaum sindikalis.
1) Melihat pergolakan yang terjadi, Mussolini percaya bahwa perang dunia I akan memusnahkan Eropa dengan segala aspeknya, termasuk pemerintahan. Keyakinan ini memberinya harapan dan peluang. Melalui surat kabar Popolo d’Italia ia menyelipkan ide-ide revolusionernya. Inilah era awal Mussolini melakukan pergerakan fasis yang otonom dengan membangun semacam kekuatan politik baru di Italia bernama fasis. Dia mencanangkan program-program baru, di antaranya menumbuhkan kesadaran internasional demi menghentikan perang, menentang program militerisme dan mulai melakukan pemulihan terhadap kaum borjuis, termasuk kerusakan yang mereka alami karena aksi revolusi dari kaum sosialis dan para buruh.

2) Sampai disini, Mussolini berubah haluan. Dia bukan lagi seorang sosialis, tetapi menjadi seorang fasis, bahkan oposisi bagi kaum sosialis. Kelompok buruh Italia menyebutnya “Judas” atau sang “Pengkhianat”. Mussolini tidak perduli, ia terus bergerak dan melakukan berbagai manuever guna memperkuat posisinya. Pada bulan Oktober tahun 1914, ia membentuk Fasci d’azione rivoluzionari internazionalista, sebuah grup revolusioner dalam tubuh partai sosialis. Hal tersebut merupakan sebuah langkah kontroversial yang pernah ditempuh Mussolini mengingat pemikirannya sudah tidak sejalan lagi dengan ide kaum sosialis. Ironisnya lagi, Massimo Rocca dan Tulio Massoti, dua orang sosialis justru meminta Mussolini untuk mendukung gerakan kelompok tersebut.

3) Lewat Popolo d’Italia, surat kabar yang dibentuknya pada waktu itu, Mussolini dengan leluasa memasukan ide-ide fasisme kepada para pembacanya. Gaya editorialnya yang tajam dan penuh kritikan membius para pembaca dan membakar semangat kaum muda radikal yang tidak puas dengan kondisi sosial saat itu. Dengan segera ia merangkul kaum muda radikal dari kelas menengah ke dalam haluan politik dan gerakan fasisnya. Mereka bahkan menjadikannya juru bicara nasional dalam setiap pergerakan yang mereka lakukan. Tanggung jawab seperti ini tentu tidak terlalu sulit bagi Mussolini, mengingat dia fasih berbicara dan memiliki kemampuan negosiasi dan lobi oportunistik. Sejak saat itu, gerakan Mussolini mulai menarik simpati masyarakat, terutama kaum borjuis dan kapitalis yang merasa terancam oleh aksi pemberontakan para pekerja dan kaum sosialis marxis. Ia bergabung dengan kelompok fasis Milan dan berharap bisa mengantarnya ke puncak kepemimpinan di Italia. Ia mengklaim kelompok tersebut sebagai basis kekuatan yang secara relative membantu memperkokoh kekuasaan Negara yang kala itu sedang tidak stabil. Namun sebagian pihak menudingnya melakukan maneuver untuk meraih puncak kepemimpinan. Sampai akhir perang dunia I, karir politik Mussolini yang semula menjanjikan, kembali terpuruk. Pada tahun 1919, saat terjadi pemilihan anggota parlemen Italia, Mussolini tidak terpilih. Ia gagal mewujudkan ambisinya meraih kekuasaan legitim, dengan menduduki kursi parlemen Italia. Namun tidak ada kata “kalah “ atau “mundur” dalam kamus pergerakan seorang Mussolini. Dengan segera ia melakukan manuever baru, yakni membangun konstituen fasis untuk meraih dukungan yang lebih luas lagi. Pada tahun 1921, dengan segala strategi yang dilakukannya, termasuk melakukan intimidasi, Mussolini akhirnya meraih kursi dalam parlemen Italia. Dengan kemenangan ini, Mussolini semakin sadar akan fasisme sebagai kekuatan politik baru yang sangat menjanjikan.

e. Bangun Fasisme Menggapai Kekuasaan di Atas Reruntuhan Perang Dunia I. Pasca perang dunia I (1914-1918), Italia terpuruk dalam situasi krisis di segala bidang. Angka pengangguran mencapai tingkat tertinggi dan terjadi inflasi tak terkendalikan. Akibatnya, banyak orang, terutama kaum buruh dan kelas bawah mengalami ketidakstabilan hidup setelah empat tahun bergumul dengan perang. Sementara itu, kaum borjuis dan kapitalis yang jumlahnya lebih sedikit justru menguasai perekonomian karena memiliki akses terhadap industri, menguasai tanah pertanian dan berbagai elemen perekonomian lainnya. Ketimpangan sosial ekonomi ini menimbulkan kecemburuan dan frustasi sosial dikalangan kaum buruh dan para petani yang merupakan golongan kelas bawah. Lebih jauh kesenjangan sosial ini memicu pemberontakan dan perang antar kelas. Revolusi kaum Bolshevik di Rusia menjadi inspirasi bagi kaum komunis Italia untuk menyerang para pemilik modal atau kaum kapitalis. Tanah pertanian dan sejumlah bangunan industri dibakar oleh kelas pekerja yang praktis kehilangan segalanya selama perang berlangsung.
1) Menghadapi kekacauan yang terjadi, pemerintah justru terkesan pasif dan tidak berdaya. Di bawah kekuasaan Perdana Menteri Giolitti, kekacauan dan pemberontakan semakin meluas dan pemerintah sama sekali tidak sanggup mencegah terjadinya kekacauan yang sudah mewabah hampir di seluruh Italia. Para buruh mengambil alih pabrik dan mempercayakan pengelolaan ditangan para pemimpin dari kaum proletariat yang tidak memiliki kompetensi yang baik. Tidak mengherankan jika saat itu, kegiatan perekonomian kian merosot dan bak mati suri karena kelemahan manajemen. Kondisi yang tak kunjung berubah ini menimbulkan reaksi keras, tidak hanya dari para pemilik tanah, kaum industrialis serta kapitalis yang banyak mengalami kerugian, tetapi juga protes dari kalangan menengah ke bawah yang merasa jengah dengan kekacauan yang semakin tidak terkendali. Hal ini menimbulkan krisis baru, yakni krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Elemen moderat pada saat itu menjadi tidak percaya lagi pada pemerintahan Giolitti. Mereka merindukan adanya otoritas dan pemerintahan baru yang sanggup menciptakan tatanan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. Para tuan tanah, kaum industrialis dan kapitalis (tiga kelompok yang sangat dirugikan) juga masyarakat kelas menengah ke bawah siap berkorban demi terwujudnya situasi sosial yang lebih teratur.

2) Dalam masa transisi seperti ini, Mussolini hadir menawarkan sebuah jalan perubahan radikal. Ia memperkenalakan fasis sebagai sebuah kekuatan baru yang bisa memenuhi harapan akan perubahan pada masyarakat Italia. Dalam ensiklopedia Italia, ia menjelaskan visi dan identitas fasisme sebagai kekuatan yang menentang ideologi sosialis marxis, serta percaya pada kesucian dan heroism. Dalam aksinya fasisme tidak dipengaruhi oleh motivasi ekonomi sebagaimana gerakan yang dilakukan oleh kaum komunis kala itu. Sehubungan dengan itu Mussolini menolak pandangan kaum komunis yang percaya bahwa perubahan selalu lahir dari perjuangan kelas. Selain mencela ideologi sosialisme, fasisme juga menyerang dan tidak mau mengakui ideologi demokrasi, baik secara teoritis maupun dalam implikasinya. Mussolini tidak yakin kalau proses demokrasi seperti penentuan kebijakan melalui suara mayoritas bisa membawa perubahan sosial. Dia menegaskan kalau demokrasi, sosialisme dan liberalism adalah doktrin abad ke-19 yang tidak bisa hidup lagi pada abad ke-20. Baginya abad ke-20 adalah masa pemerintahan fasis. Mussolini terus melancarkan propaganda untuk meraih dukungan dari kelompok yang merasa dirugikan dengan kesemrawutan situasi Italia pasca PD I. Dengan kemampuan propaganda yang luar biasa, ia mengeksploitasi ketakutan para kaum kapitalis terhadap anarkhisme yang ditimbulkan oleh kaum komunis dan mengobarkan semangat nasionalisme dalam diri kaum muda Italia. Melalui jalan ini, Mussolini sanggup meraih simpati dari semua kalangan, kecuali kaum sosialis dan para buruh, tempat dulu Mussolini menimba ilmu dan pengalaman politik. Dengan dukungan milisi fasis yang beranggotakan para veteran perang dan kaum muda radikal, Mussolini mulai menumpas pemberontakan kaum komunis di seluruh Italia. Dia menyerang para politisi sosialis, terutama di bagian utara Italia, tempat ia membangun basis pergerakan bersama kelompok squadristi, semacam para militer kelompok fasis. Agresi militan ini dilaksanakan di bawah pimpinan Dino Grandi, salah satu tangan kanan Mussolini di lapangan. Dengan dukungan anggota fasis militant di belakangnya, dan kondisi krisis yang melanda Italia, Mussolini semakin mendekati pusat kekuasaan. Ia menjadi produk krisis pasca PD I dan ketakutan kaum borjuis terhadap kekuatan komunis yang membenci mereka. Ia adalah pemimpin nasional yang tepat di atas momen sejarah yang tepat pula.

f. Kelompok Kemeja Hitam dari Milan. Pada tahun 1921 milisi fasis terlibat perang terbuka dengan kaum komunis. Peristiwa ini menandai kekalahan kaum Bolshevik dan berkuasa kelompok fasis di Italia. Puncaknya terjadi pada bulan Agustus 1922, yakni ketika para anggota “kemeja hitam” di bawah pimpinan tiga jendralnya, Italo Balbo, Dino Grandi dan Roberto Farinacci membantai ratusan anggota komunis dan menumpahkan darah mereka di sekitar areal Peninsula.

1) Partai Fasis. Pada tahun 1921 dukungan terhadap fasis semakin meluas dan anggotanya tersebar di seluruh penjuru Italia dengan jumlah mencapai 250.000 orang. Jumlah yang demikian besar itu menjadi konstituen fasis yang mengantarkan 22 anggotanya masuk parlemen Italia. Fasis yang semula hanya sebuah gerakan para veteran perang dunia I kini menjelma menjadi Partai Fasis Nasional (The National Fascist Party) dan Mussolini terpilih menjadi ketua partai fasis pertama. Sejak saat itu Mussolini digelari julukan Il Duce (sang Pemimpin). Ketika menjabat perdana mentri ia mengintegrasikan semua elemen fasis ke dalam sistem pemerintahan dan mengidentikkan pemerintahannya dengan partai. Berkat undang-undang pemilu yang dikeuarkan Mussolini, partai fasis meraih kemenangan spektakuler dalam pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 1923. Pada tahun berikutnya, ketika Mussolini sudah menjadi penguasa diktator yang mengontrol pemerintahan sekaligus parlemen, anggota fasis menduduki semua jabatan pemerintahan, termasuk parlemen.

2) Kadernisasi. Pengkaderan anggota mulai dilakukan secara sistematis. Partai fasis menerima anggota baru hanya dari organisasi yunior yang dididiknya. Mussolini mendidik kadernya sejak usia dini, bahkan dari anak yang belum memiliki hak pilih dalam pemilihan umum. Kepada para kader disemua tingkatan, Mussolini melakukan indoktrinasi. Ia menanamkan semangat nasionalisme. Tentu saja sesuai dengan konsep dan cara-cara fasis. Mereka diajari disiplin dan loyalitas yang sangat kaku. Di atas segalanya, generasi penerus fasis ini dicekoki sikap kepatuhan mutlak kepada Mussolini, Il Duce, Sang Pemimpin Tunggal. “tidak ada diskusi dan hanya ada kepatuhan”, menjadi motto yang harus dipegang oleh setiap anggota dan kader partai fasis.

3) Pemerintahan Fasis. Hal pertama yang dilakukan Mussolini adalah memulihkan otoritas pemerintah dengan mengintegrasikan milisi fasis, Fasci di Combatimento ke dalam tubuh angkatan bersenjata. Sejalan dengan itu, Mussolini mulai menarik partai fasis ke lingkungan pemerintahan sehingga ada kesan partai identik dengan pemerintah. Untuk menarik dukungan yang lebih luas, ia mengembangkan sebuah sistem politik dan ekonomi baru dengan memadukan sistem totalitarisme, nasionalisme dan antikomunisme untuk menyatukan semua golongan di bawah sistem kapitalis tempat mengontrol organisasi industri vital, Mussolini nampaknya ingin mensintesiskan kebesaran Romawi kuno dengan utopia Italia pada masa yang akan datang.

4) Propaganda Pengukuhan Kekuasaan. Pada tahun 1926 – 1929 Mussolini mengkonsolidasikan pemerintahannya dengan mengeluarkan undang-undang fasis (Le Leggi Fascistissime). Memasuki tahun 1930 Mussolini sudah duduk dengan tenang di kursi kekuasaan dan menerima dukungan luas terutama dari kelas menengah. Dari sini Mussolini mulai memikirkan membangun kekuasaan tunggal dan membentuk image dirinya sebagai penyelamat Italia. Pada tahun 1929, saat ia menandatangani perjanjian Lanteran dengan pemimpin Gereja Katolik, Paus Pius XI, Paus menyebutnya sebagai “Pemimpin yang diutus oleh misi Ilahi”.

5) Kekuasaan Absolut. Pada tahun 1926 para guru dan dosen di universitas dipaksa mengucapkan sumpah untuk membela dan mendukung pemerintah. Kurikulum yang diterapkan di sekolah disusun sejalan dengan kebijakan pemerintah dan para guru tidak diperkenankan mengkritik pemerintah di depan anak didiknya. Pada tahun 1925 dikeluarkan undang-undang pers yang mengharuskan semua editor majalah dan surat kabar di Italia mendapatkan sertifikat dari dan bahkan ditunjuk langsung oleh Mussolini. Para polisi dan intel Mussolini tersebar di seluruh penjuru Italia untuk mendeteksi segala bentuk gerakan yang akan menentang pemerintahannya. Dengan melarang kebebasan pers, melumpuhkan peran parlemen serta mengendalikan industri dan perdagangan, Mussolini menjauhkan kritik terhadap pemerintahannya dalam bentuk apapun sehingga ia menjalankan roda pemerintahannya murni atas kepentingan dan ambisinya sendiri.

6) Ambisi Imperialis. Pada dasarnya Mussolini juga memiliki ambisi untuk menaklukkan wilayah lain di bawah kekuasaannya. Ia sangat terobsesi menjadikan lautan Mediterania menjadi bagian dari Italia, dalam ungkapan yang terkenal “Mare Nostrum” (Laut Kita). Sejak 1923 ambisi imperialis Mussolini telah Nampak saat ia menduduki kepulauan Corfu yang merupakan wilayah Yunani. Libya, yang sudah dilepas pasca perang dunia I kembali ditaklukkan setelah melewati pertempuran berdarah. Tahap demi tahap, Mussolini terus melakukan invasi terhadap beberapa Negara. Pada tahun 1935 menyerang Abyssinia (Ethiopia). Dalam waktu relatif singkat Negara yang terletak di benua Afrika itu jatuh dalam kekuasaan Mussolini.
g. Akhir yang Tragis, Perang Dunia II : Menuju Ambang Batas Kekuasaan. Mussolini juga perlu berfikir dua kali sebelum memutuskan untuk terjun ke dalam perang terbesar sepanjang sejarah ini. Ada beberapa hal yang membuat Mussolini harus menekan ambisi untuk segera berdiri dibarisan hitler.

1) Mussolini sangat menyadari ketidakpastian pasukan meliternya (angkatan darat dan angkatan laut) yang diperkuat oleh keadaan industri yang belum bisa diandalkan untuk memproduksi persenjataan modern.

2) sejak semula sebagian besar masyarakat Italia termasuk Raja Victor Emanuel III, menteri Luar Negeri Galeazzo Ciano, serta sejumlah pimpinan angkatan darat dan angkatan laut Italia tidak menyetujui langkah Il Duce bersekutu dengan Hitler.

3) Merasa bisa meraih kemenangan di belakang Hitler, Mussolini menggenjot industri Italia untuk memproduksi peralatan perang modern, menempa para prajuritnya dengan teknik perang yang dilakukan Hitler dan tidak lupa melancarkan propaganda demi meraih dukungan publik. Mussolini rupanya tidak belajar dari PD I karena ia sendiri praktis tidak terlibat di dalamnya. Namun ada satu pelajaran yang berarti dari PD I yang mestinya disadari Mussolini bahwa Amerika Serikat-lah yang memegang kunci kekuasaan dunia, bukan Jerman.


BAB III
ANALISIS KEPEMIMPINAN MUSSOLINI

7. Analisis. Dari kepemimpinan Mussolini tersebut di atas dapat dipetik suatu analisis tentang kepemimpinan tersebut dikaitkan dengan situasi kepemimpinan yang sesuai dengan kepemimpinan TNI AU saat ini dan masa mendatang sebagai berikut :

a. Ambisius. Sikap ambisius untuk menguasai parlemen dan pemerintahan Italia bahkan ingin mendirikan kembali imperium Roma atas Negara-negara di sekeliling Italia adalah suatu sikap yang tidak terpuji. Sikap tersebut sangat bertentangan dengan Hak Azasi Manusia dan tidak menghargai kedaulatan suatu Negara/bangsa. The Founding Father Indonesia secara sadar mengatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”, hal tersebut pernah dialami oleh Indonesia selama masa penjajahan. Oleh karena itu setiap pemimpin hendaknya menyadari akan sikap hormat-menghormati dan tepa selira/tenggang rasa terhadap seluruh komponen bangsa dan juga negara lain.

b. Otoriter. Di dalam kepemimpinan Mussolini secara tegas menggunakan pola kepemimpinan otoriter yaitu pemimpin mendikte penugasan dan keputusan pada bawahan tanpa adanya konsultasi dan komunikasi yang digunakan adalah satu arah. Maka hal ini akan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip demokratis yang dianut oleh sistem pemerintahan di Indonesia. Dalam sila keempat Pancasila disebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”, yang tidak membenarkan pengambilan keputusan dilakukan secara perorangan/individu saja. Gaya kepemimpinan Demokrasi, yaitu pemimpin melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan kelompok dan komunikasinya adalah dua arah.

c. Menghalalkan segala cara. Di dalam menggapai suatu tujuan Mussolini dengan nyata-nyata melakukan tindakan yang tidak terpuji dan tidak benar melalui tindakan menghalalkan segala cara dan tipu muslihatnya. Di bawah ini menguraikan beberapa hal yang menyangkut kaidah di dalam analisis kepemimpinan yang perlu diuraikan sebagai berikut :

1) Etika Profesional. Artinya memiliki integritas, tanggung jawab dan loyalitas kepada negara dan bangsa. Etika profesional ini sangat diperlukan bagi seorang pemimpin militer, karena mereka sebagai alat negara dan diberi tanggung jawab untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara.

2) Karakter yang Kuat. Artinya memiliki sikap yang berani untuk memikul tanggung jawab atas ucapan dan tindakan yang telah dilakukan. Pemimpin militer yang tidak berani mempertanggungjawabkan ucapan dan tindakannya, berarti mereka bukan termasuk pemimpin militer yang memiliki karakter yang kuat.

3) Empat Faktor Kepemimpinan. Pemimpin militer hendaknya memahami keempat faktor kepemimpinan, yaitu ; bawahan, dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin, bagaimana caranya berkomunikasi dengan baik, dan bagaimana mengetahui situasi yang tepat. Dengan memahami keempat faktor tersebut pemimpin militer akan mengetahui bagaimana memberikan perintah yang tepat dan pada waktu yang tepat, sehingga tugas yang sedang dilakukan dapat dikerjakan dengan baik.

4) Pengetahuan tentang Sifat Dasar Manusia. Pemimpin militer yang baik harus mengetahui kebutuhan dasar manusia termasuk emosinya. Seorang pemimpin harus memahami benar bagaimana manusia pada umumnya menghadapi stress, sehingga dia mampu memberikan perintah dengan bijaksana.

5) Pengetahuan dan Keahlian Pada Bidangnya. Pengetahuan dan keahlian tersebut menyangkut penguasaan segi teknis dan taktis. Para pemimpin militer diharuskan menguasai bidang tugasnya, sebab kalau tidak akan sulit mendapatkan respek dari anak buah.

6) Kemampuan Membuat Perencanaan, Memecahkan Masalah, dan Memberikan Keputusan dengan Bijaksana. Pemimpin militer tanpa mengetahui bagaimana merencanakan suatu pekerjaan, memecahkan masalah dengan baik dan memberikan keputusan dengan bijaksana, maka mustahil dia akan dapat memimpin satuannya dengan sukses.

7) Kemampuan Berkomunikasi dengan baik. Pemimpin yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik, maka dia akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan koordinasi, memberikan supervisi dan bahkan melaksanakan evaluasi dengan benar.

8) Kemampuan Memberikan Motivasi. Pemimpin yang tidak mampu memberikan motivasi, berarti tidak mampu memberikan semangat kepada bawahan, meningkatkan moral bawahan, serta memberikan saran atau konseling kepada bawahannya. Akibatnya, bawahan akan berjalan sendiri-sendiri karena tidak memperoleh pengarahan yang jelas. Akhirnya tugas satuan bisa gagal atau tidak sesuai dengan yang direncanakan.

d. Moral dan Etika.

1) Moral Kemanusiaan. Sebagai seorang pemimpin, anda pasti akan berurusan dengan anak buah, kawan sebaya, senior dan bahkan dengan orang lain yang mungkin mendukung menyelesaikan tugas kita. Untuk mengetahui dan memberikan motivasi kepada orang lain, mengembangkan ikatan serta memberikan pengasuh disiplin kepada mereka, yang paling penting adalah harus mengetahui sifat-sifat dasar manusia. Manusia pada umumnya memiliki prinsp tertentu yang berkaitan erat dengan sifat dasar manusia. Prinsip tersebut pada hakikatnya adalah pemenuhan terhadap kebutuhan akan jasmani dan rohani. Semua manusia pada dasarnya memiliki sifat alamiah yaitu potensi yang baik dan sifat yang buruk. Salah satu pekerjaan terpenting bagi seorang pemimpin adalah mampu menekan sifat yang buruk dan memunculkan potensi yang baik. Dari potensi yang baik akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, sebaliknya dengan sifat yang buruk akan menghambat penyelesaian tugas yang dibebankan kepadanya, oleh kareanya tidak ada jalan lain bahwa kita harus mampu menekan sifat buruk yang ada pada diri kita.

2) Moral Kebersamaan dan Kebangsaan. Masyarakat Indonesia bilamana telah mendasarkan perilakunya pada kepribadian produktif atau telah berperilaku produktif, maka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan menunjukkan perbaikan. Masyarakat yang ekstrim akan menunjukkan perilaku konflik, pelanggaran hukum, dan berbagai perilaku negatif. Masyarakat yang berperilaku produktif akan bekerja lebih baik menghasilkan suatu produk yang baik, dalam kehidupan di masyarakat mereka akan menggunakan moral dengan standar yang baik, berinteraksi diantara masyarakat dengan baik. Sedangkan dalam kehidupan berbangsa mdan bernegara, masyarakat akan memiliki kebanggaan yang kuat dengan negaranya, yaitu NKRI. Dengan demikian, pencapaian masyarakat yang sejahtera akan lebih mudah terjadi dengan bermodalkan karakter bangsa, rasa nasionalisme dan kepemimpinan yang berbasis pada perilaku produktif yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

3) Moral Kerakyatan. termasuk di dalamnya ketulusan, kejujuran, keterus-terangan dan keberanian di dalam mengemban tugas. Bedanya dengan loyalitas, bahwa integritas ditujukan kepada tugas yang diemban, sedangkan loyalitas lebih ditujukan kepada atasannya atau diri pribadi pimpinannya. Oleh karena itu, integritasnya akan selalku berada di atas loyalitas, berkaitan erat dengan rasa tanggung jawab seseorang. Seorang pemimpin yang bersifat dewasa tidak akan membuat keputusan sesuai dengan kata hatinya, berdasarkan emosinya atau perasaannya. Dia akan mampu membuat keputusan yang bijaksana berdasarkan alasan yang masuk akal dan prinsip-prinsip moral yang kuat. Emosinya akan berada dibawah alasan yang dia berikan, karena dia mampu mengontrol dan mengarahkan emosinya ke arah yang positif.

4) Moral Keadilan. Sebagaimana diketahui bahwa penegakkan hukum di masyarakat Indonesia pada saat ini adalah sangat memprihatinkan. Sebagian masyarakat pada saat ini sering membandingkan keadaan dengan kondisi ketika masa Orde Baru yang dirasakan lebih baik. Oleh karena itu, pimpinan yang diharapkan adalah yang mampu menegakkan hukum dengan baik dan tegas, tidak mengenal kompromi serta tidak tercela. Pimpinan yang dapat melakukan tindakan tersebut diwarnai pemerintahannya mungkin akan menghadapi berbagai gelombang protes, sehingga pemerintahan akan mengalami kekacauan. Pimpinan yang tegas tersebut mungkin akan dianggap menghambat proses demokratisasi. Dengan demikian demokrasi akan sulit untuk dicapai dengan pimpinan yang menggunakan “tangan besi”.

e. Lima Tuntutan Kemampuan Seorang Pemimpin. Tuntutan untuk menjadi seorang pemimpin pada saat ini tidaklah semudah tuntutan pada dekade-¬dekade sebelumnya. Berbagai pendapat dikemukakan tentang tuntutan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Tuntutan kemampuan untuk menjadi pemimpin tersebut menjadi suatu persyaratan untuk membentuk efektifitas kepemimpinan seseorang, baik untuk masa kini maupun masa mendatang. Setelah melalui pengkajian, keseluruhan tuntutan kemampuan tersebut dapat diperas menjadi lima tuntutan kemampuan. Kekurangmampuan memenuhi salah satu saja dan lima tuntutan tersebut akan membuat kepemimpinan seseorang menjadi rendah efektivitasnya. Lima tuntutan kemampuan yang pada hakikatnya merupakan satu kesatuan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Cermat. Cermat diartikan teliti dalam menerima informasi. Pengkajian silang selalu dilakukan (check and recheck). Mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nalar yang sehat dan tidak begitu saja dapat dipengaruhi orang lain. Untuk itu tentunya ia harus memiliki wawasan yang luas agar dapat bertindak cermat dan benar (general knowledge). Ia harus selalu mau dan mampu untuk belajar secara terus menerus. Dengan perkataan lain, ia harus memiliki budaya belajar (learning culture).

2) Dapat dipercaya (amanah). Yang dimaksud dengan amanah adalah dapat dipercaya dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tentunya dalam hal ini tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan, kepercayaan ataupun titipan yang diberikan padanya. Dia tahu apa tugas dan kewajiban serta tanggung jawabnya dan berupaya untuk memenuhinya dengan sebaik-baiknya. Maka, dia tidak akan mau menerima amanah apabila dia menyadari bahwa amanah tersebut tidak akan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. “Penerima amanah tidak hanya bertanggung jawab pada orang yang memberi amanah, tetapi juga harus bertanggungjawab kepada Allah SWT. Tanggung jawab tersebut antara lain diwujudkan dengan tidak menyalahgunakan kekuasaan sehubungan dengan amanah yang diterimanya, selalu menjaga dan memelihara hubungan baik dengan masyarakat serta menjaga kelestarian alam dalam arti luas. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa penerima amanah tidak bertindak sewenang~Wenang dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki karena amanah yang diterimanya”.

3) Memiliki Ketrampilan. Seorang pemimpin harus memiliki ketrampilan sesuai dengan tuntutan tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab yang dipercayakan padanya. Tanpa ketrampilan ini seseorang tidak akan mungkin mampu memahami bagaimana cara melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Dalam hal ini termasuk keterampilan membangun sinergi dengan orang lain dalam upaya melaksanakan tugas dan pekerjaan agar berhasil dengan baik.

4) Mampu Berkomunikasi. Seorang pemimpin harus berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan berbagai cara. Kemampuan berkomunikasi ini dapat digambarkan dalam bentuk mampu untuk menyampaikan informasi secara efektif dan juga mampu menyakinkan orang lain dengan baik. Kemampuan ini merupakan salah satu pilar untuk memperoleh kepercayaan dan rasa hormat dan orang lain. Dengan kemampuan berkomunikasi secara baik, masa!ah yang disebabkan kekeliruan dalam komunikasi (miscommunication) akan dapat dihindari atau dicegah.

5) Memiliki Integritas dan Konsisten. Yang dimaksud dengan integritas adalah satunya kata dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang bersumber dari norma-norma kebenaran dan dapat diartikan pula dengan kejujuran yang “bulat”. Dalam hal ini tidak dikenal apa yang disebut dengan “agenda tersembunyi” (the hidden agenda) dalam berinteraksi dengan orang lain. Selalu konsisten akan membuat orang lain lebih mudah memahami dan mempercayai apa yang dikatakan ataupun dilakukannya.

8. Dengan memenuhi kelima tuntutan tersebut diatas seseorang akan mampu membangun rasa percaya dan rasa hormat dan orang lain dan juga dan dirinya kepada orang lain (timbal balik). Dalam upaya untuk memenuhi kelima tuntutan tersebut, hal yang paling utama adalah mampu me¬mahami diri sendiri dan orang lain, mampu mengerahkan potensi diri serta mampu pula memoti¬vasi diri sendiri. Sedangkan untuk membantu meningkatkan kemampuan kepemimpinan dapat dilakukan melalui penguasaan tiga unsur dalam melihat manusia seutuhnya. Ketiga unsur di¬maksud adalah Body & Mind, Brain/Mental dan Emotions yang saling terkait satu sama lain, dengan tentunya tetap berlandaskan pada hati nurani.



BAB IV
GAGASAN KEPEMIMPINAN TNI AU PADA MASA MENDATANG

9. Gagasan mendatang. Kepemimpinan akan berpengaruh positif maupun negatit terhadap perkembangan corak dan kehidupan dalam masyarakat ataupun suatu organisasi. Seorang pemimpin secara permanen akan mempengaruhi kondisi dasar organisasi yang dipimpinnya. Banyak model kepemimpinan yang ada di muka bumi ini, akan tetapi tidak semua model kepemimpinan cocok dengan perkembangan situasi dan tuntutan organisasi TNI AU ke depan. Untuk itu diharapkan para pemimpin TNI AU harus dengan cermat menyesuaikan harapan dari organisasi TNI AU ke depan. Peran pemimpin TNI AU yang diharapkan adalah sesuai dengan Jati Diri TNI. Secara historis TNI terbentuk melalui proses perjuangan panjang bangsa Indonesia umumnya dan perjuangan TNI khususnya dalam merebut, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI yang menunjukkan jiwa, semangat dan tekad pengabdian. TNI sebagai alat pertahanan negara kemudian berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebiasaan internasional sehingga TNI memiliki jati diri. Maka dari itu peran pemimpin TNI AU diharapkan dapat memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memiliki Kemampuan dalam Memprediksi Perubahan. Menghadapi kondisi yang selalu berubah dan berjalan semakin cepat dari waktu ke waktu, akan memberikan tantangan kepada setiap pemimpin TNI AU agar selalu waspada terhadap dampak perubahan tersebut terhadap satuan kerjanya. Dapat diilustrasikan pada berbagai organisasi yang selama ini kurang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan perubahan yang terjadi, akan tertinggal dibanding dengan organisasi lain. Tidak jarang organisasi yang semacam ini kemudian mengalami krisis, sehingga perlu dilakukan restrukturisasi total untuk bisa menyelamatkan organisasi. Sementara itu pemimpin yang memiliki visi dan kemampuan antisipasi terhadap organisasi di waktu mendatang, akan melakukan perubahan dalam upaya menghadapi tantangan masa depan. Pada kenyataannya cukup banyak alasan yang mendorong pimpinan suatu organisasi untuk melakukan perubahan. Menyimak perubahan dalam suatu organisasi, pada hakikatnya adalah melihat apa yang dilakukan leader pada organisasi tersebut dalam melakukan perubahan menyeluruh pada organisasinya (“What Leaders Do”). Dalam melakukan perubahan seorang top leader memegang peranan penting dan biasanya memiliki inisiatif untuk melakukannya. Dengan inisiatif itulah seorang top leader menentukan arah dan strategi perubahan organisasi, yang kemudian dikomunikasikannya kepada seluruh manajemen beserta stafnya di lingkungan organisasi. Kalangan para manager ini akan menjadi motor penggerak proses perubahan. Melalui top leader suatu organisasi akan mengimplementasikan proses perubahan, yaitu; nilai, budaya, struktur, sistem (values, belief, culture, structure and system) menuju terbentuknya organisasi baru (a new corporation). Sebenarnya kita dapat menggali lebih dalam lagi berbagai cara untuk memahami pola-pola dan meramalkan perubahan, sebagai berikut :

1) Extension. Pemimpin TNI AU diharapkan memiliki kemampuan dalam mengamati suatu keadaan dengan berbagai implikasinya. Maka di dalam setiap pelaksanaan kegiatan di satuan kerjanya sudah sepantasnya pemimpin TNI AU menetapkan batasan-batasan yang jelas dan tegas guna menghindari terjadinya tindakan penyelewengan ataupun implikasi negatif dari pelaksanaan tugas di lapangan. Di samping itu, pada setiap pelaksanaan tugas sering dijumpai kendala yang dihadapi oleh bawahan, maka para pemimpin mampu memberikan solusi sebagai langkah pemecahan masalah. Hal tersebut penting karena model kepemimpinan yang sangat diharapkan adalah pola kepemimpinan stewardness (melayani) dan partnership (kemitraan).

2) Elaboration. Tuntutan Kepemimpinan TNI AU harus memiliki karakter yang baik, berarti memiliki keunggulan mental dan akhlak yang dapat diteladani oleh semua anggota dan lingkungannya. Maka dari itu seorang Pemimpin TNI AU diharapkan mampu mengembangkan dan menyempurnakan kepemimpinan yang ada pada dirinya. Era reformasi dan proses demokratisasi yang terjadi menuntut wujud kepemimpinan yang mampu mengatasi setiap persoalan yang terus berubah dan harus diikuti perubahan karakteristik pemimpin dengan terus berupaya mengikuti paradigma Kepemimpinan TNI.

3) Recycling. Pemimpin TNI AU diharapkan memiliki kemampuan dalam merespon aspirasi anggota dalam menyesuaikan tuntutan masa depan, hal tersebut tetap menjadi faktor penentu keberhasilan kepemimpinan TNI AU yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional, moral dan intelektual. Maka oleh sebab itu kepemimpinan Pemimpin TNI AU harus kembali menempatkan nilai-nilai kejuangan 45 pada porsinya dengan menggugah kemauan rela berkorban, semangat pantang menyerah dan selalu tabah dalam mengahadapi berbagai situasi yang terjadi.

4) Pattern reversals. Pemimpin TNI AU diharapkan memiliki kemampuan mentransformasi bidang ekonomi, sosial, iptek dan informasi dengan sikap akomodatif dan terbuka dalam meningkatkan kualitas hidup anggotanya. Memantapkan jiwa kejuangan dengan mengembangkan nilai-nilai demokrasi sehingga semakin menyadari hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia ditengah kemelut dunia. Mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa yang positif dengan tetap terbuka diri dari nilai-nilai baru yang hidup dan berkembang dalam peradaban dunia modern serta mengembangkan sesuai kepemimpinan TNI dengan karakter moral yang kuat dalam pembangunan pertahanan dan keamanan nasional untuk mempersiapkan dan membangun hubungan antar bangsa.

5) Strange attractions. Seorang Pemimpin TNI AU dituntut memiliki kemampuan di dalam memprediksi perubahan dengan memilah mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan. Dalam menangani hal-hal yang merugikan diharapkan memiliki optimisme guna mengelola hal yang merugikan menjadi sesuatu yang menguntungkan dengan menerapkan manajemen perubahan. Sehingga peran kepemimpinan Pemimpin TNI AU jika dihadapkan pada pengaruh globalisasi, transformasi kultur dan tantangan kemajuan teknologi dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas pokoknya. Perlu ditegaskan di sini, berhasil tidaknya suatu misi organisasi sangat tergantung pada kreatifitas dan inovasi seorang pemimpin yang didukung dengan penguasaan manajemen yang baik, memiliki dedikasi kerja serta disiplin yang tinggi.

6) Chaos. Denis Waitley mengemukakan bahwa periode perubahan mendasar diperlihatkan pada dekade 90-an. Dimana sebelum dekade 90-an dianggap sebagai sesuatu yang benar dan dijadikan pegangan, akan tetapi justru pada dekade 90-an dilihat sebagai sesuatu yang salah. Bila kita tetap bertahan dengan pandangan atau pegangan seperti yang berlaku sebelum dekade 90-an, maka daya saing kita akan menjadi rendah. Pada tahun 1998 telah terjadi perubahan yang begitu mendasar dan menuntut adanya perubahan paradigma di Indonesia termasuk perubahan paradigma TNI. Berdasarkan hal tersebut diharapkan peran kepemimpinan Pemimpin TNI AU dapat mengikuti perubahan paradigma TNI sesuai dengan tuntutan referormasi. Lebih jauh gambaran tentang perubahan peran kepemimpinan TNI AU dapat dilihat sebagai berikut :

a) “Kemarin sumber daya alam diartikan sebagai kekuatan. Hari ini pengetahuan adalah kekuatan”. Memiliki maksud bahwa jika sumber daya alam dieksplorasi secara terus menerus maka lambat laun akan habis, berbeda dengan ilmu pengetahuan akan semakin berkembang.

b) “Kemarin hierarki adalah modal. Hari ini sinergi sebagai mandat”. Mengandung pengertian bahwa kepemimpinan tidak dijalankan sendiri, tetapi memerlukan adanya kerjasama personel dalam organisasi tersebut.

c) “Kemarin para leader memerintah dan mengontrol. Hari ini para leader memberdayakan dan membimbing (coach)”. Memberikan pengertian bahwa sebagai pemimpin harus dapat memberikan kesempatan pada anggota untuk maju dan berkembang.

d) “Kemarin senioritas menunjukkan status. Hari ini kreativitas mendorong status”. Memberikan pengertian bahwa makin tinggi jabatan seseorang maka semakin tinggi semangatnya untuk berkreasi guna memberikan kontribusi kepada organisasi.

e) “Kemarin nilai hanyalah sebagai tambahan. Hari ini nilai adalah segala-galanya”. Mengandung pengertian bahwa reformasi TNI perlu dilaksanakan secara konsekuen oleh Pemimpin TNI AU sehingga dapat menaikan citra TNI AU di mata masyarakat.
b. Kemampuan Mengendalikan sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Di dalam bukunya yang berjudul Human Behavior at Work: Human Relations and Organizational Behavior, Davis mengemukaan empat macam kelebihan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi si pemimpin. Maka dari itu diperlukan suatu pengembangan sifat-sifat kepemimpinan yang dilukiskan sebagai berikut :

1) Terpenuhinya standar inteligensia seorang pemimpin, dimana pada umumnya para pemimpin memiliki kecerdasan yang relatif lebih tinggi daripada bawahannya. Atas dasar tingkat inteligensia yang tinggi tersebut maka diharapkan dapat memproyeksikan pemikirannya tersebut pada hal-hal sebagai berikut :

a) Pemahaman yang luas tentang tugas kepemimpinan.

b) Mengenali makna transformasi sebagai hukum semesta.

c) Mengenali pola pikir, komunikasi dan kerja yang unik pada tiap individu.

d) Ketepatan dalam mengambil keputusan.

e) Memiliki kemampuan dalam membuat perencanaan strategis.

f) Mampu menerapkan System Approach dan Balanced Scorecard untuk menghasilkan pertumbuhan yang seimbang.

g) Mampu mengelola perubahan dan meneliti dengan system integrity analysis.

2) Memiliki kematangan dan keleluasaan pandangan sosial (social maturity and breadth), dimana para pemimpin harus lebih matang dan lebih luas dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Karena di dalam lingkungan sosial kemasyarakatan seorang pemimpin memiliki status sosial yang jelas berbeda dengan warga masyarakat lainnya. Sehingga dengan kematangan tersebut diharapkan mampu mengendalikan keadaan, kerjasama sosial serta mempunyai keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri dikarenakan seorang pemimpin akan selalu menjadi sorotan dan incaran publik.

3) Mempunyai motivasi yang tinggi dan keinginan untuk dapat berprestasi yang datang dari dalam (inner motivation and achievement desires). Seorang pemimpin diharapkan harus selalu mempunyai dorongan yang besar untuk dapat menyelesaikan suatu tugas yang dilimpahkan kepadanya. Setiap penugasan pada situasi dan kondisi apapun mempunyai makna sebagai amanah yang harus dapat diselesaikan dan memberikan hasil yang terbaik.

4) Optimalnya kemampuan dalam hal menjalin dan memelihara hubungan antar manusia (human relations attitudes) serta mengembangkan hubungan-hubungan yang mencakup berbagai kemampuan sikap dan sensitivitas sebagai berikut:

a) Kemampuan dan sensitivitas mengenali pola komunikasi pribadi dan orang lain.

b) Kemampuan dan sensitivitas menyimak dan menyampaikan informasi.

c) Kemampuan dan sensitivitas mengendalikan peran dari mental pribadi pada waktu Menjalin komunikasi.

d) Kemampuan serta sikap-sikap untuk mengembangkan kerja kelompok.

e) Kemampuan dan sikap untuk membangun jaringan kerja.

f) Kemampuan dan sikap untuk menangani tantangan-tantangan.

g) Kemampuan memimpin sesuai dengan kebutuhan dan kematangan mereka yang dipimpin.

c. Perilaku Positif Kepemimpinan yang Proposional. Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional dalam memerankan diri sebagai alat negara di bidang pertahanan negara. Untuk itu diharapkan TNI menjadi profesional, dan memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis. Mengingat begitu besarnya peran Kepemimpinan TNI dalam menentukan dan mengarahkan kesatuan demi tercapainya suatu keberhasilan, diperlukan adanya integritas yang kuat/mantap bagi seorang Pemimpin TNI AU dalam aspek moral, etika dan kepribadiannya. Perilaku seorang Pemimpin TNI AU dapat menimbulkan citra yang disandangnya, sebagai berikut :

1) Moralitas. Komandan yang memiliki moral baik dalam pelaksanaan tugas, mampu bertanggung jawab terhadap setiap amanat jabatan yang diberikan kepadanya. Dengan moralitas yang baik maka diharapkan mampu mempercepat proses reformasi TNI dan lingkungan sosialnya dengan menghindari terjadinya pelanggaran HAM serta terhindar dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) yang selalu menjadi sorotan publik.

2) Etika. Pemimpin TNI AU dalam pelaksanaan tugas di lapangan harus dapat menempatkan diri sesuai dengan standar perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat setempat khususnya menyangkut hal-hal yang sensitif yaitu keyakinan/kepercayaan. Maka dalam setiap pengambilan keputusan harus memperhatikan aturan yang berlaku di kalangan masyarakat, sehingga tidak melanggar norma-norma ataupun kaidah-kaidah hidup masyarakat setempat. Hal tersebut sangatlah penting guna menghindari terjadinya friksi atau gesekan yang disebabkan kesalahan dalam penempatan etika yang berlaku di wilayah tersebut.

3) Kepribadian. Pemimpin TNI AU harus memiliki kepribadian yang mantap, dapat mengendalikan tingkat emosional, perasaan, sifat, perangai, tabiat, karakter secara stabil dalam melaksanakan setiap penugasan. Kepribadian tersebut digali dari semangat perjuangan dari para pendahulu TNI yang dengan niat tulus berbhakti kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Timbulnya Kewibawaan Seorang Pemimpin. Kewibawaan sebagai salah satu konsep kepemimpinan menyangkut semua aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi orang lain, maka diharapkan timbulnya kewibawaan seorang Pemimpin TNI AU dapat sesuai dengan pendapat para ahli sosiologi di antaranya ialah :

1) Menurut Amitai Etzione seorang ahli sosiologi dari Universitas Colombia, kewibawaan seorang pemimpin sebaiknya tidak hanya mengandalkan kewibawaan jabatan (position power) melainkan perlu didukung oleh kewibawaan pribadi (personal power). Positions power adalah kewibawaan seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan atau hierarki jabatan formal, karena diperoleh melalui kedudukan yang dipangkunya. Sedangkan personal power adalah kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan kesadaran bawahan untuk menerima kewibawaannya karena dirasakan benar dan baik, sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasan (committed). Lebih jauh, kewibawaan yang ada pada seorang pemimpin mempunyai sifat yang berbeda-beda antara lain :

a) Renumerative power yaitu kewibawaan yang menimbulkan berbagai perasaan yang menyenangkan seperti adanya pujian, hadiah, promosi dan penghargaan bagi bawahan.

b) Normative power yaitu kewibawaan yang dapat memberikan kepuasan karena adanya berbagai pengakuan terhadap prestasi yang dicapai bawahan (esteem, acceptance) sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sehingga menimbulkan kebanggaan bawahan.

2) Menurut John R.P. French dan Bertram Raven, kewibawaan bersumber pada reward, referent dan expert. Atas dasar sumber itu timbullah bermacam-macam kewibawaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Reward Power (Kewibawaan berdasar hadiah). Karena kekuasaan formal, pemimpin dapat memberikan hadiah ataupun berbagai penghargaan sebagai ucapan terima kasih atas prestasi yang telah dicapai oleh bawahan.

b) Referent Power (Kewibawaan teladan). Sebenarnya keberhasilan seorang pemimpin tidak cukup ditentukan oleh kewibawaan formal. Sebab seorang bawahan akan lebih tertarik dan angkat topi kepada atasan apabila pemimpin itu sendiri dapat memberikan berbagai bentuk keteladanan yang positif seperti jujur, sederhana, taqwa, menepati janji, menjunjung harga diri, jauh dari perbuatan tercela dan lain sebagainya.

c) Expert Power (Kewibawaan berdasarkan keahlian). Di samping kewibawaan formal akan lebih lebih berhasil apabila disertai dengan keahlian, yaitu suatu kelebihan seseorang yang didapatkan dari pendidikan dan pengalaman.

e. Mantapnya Mental dan Psykologi Pemimpin. Pembinaan mental para pemimpin diarahkan untuk membentuk integritas moral, kepribadian maupun etika yang mantap dalam mengkoordinir, mengerahkan dan mengendalikan satuan. Karena itu pembinaan mental dan psikologi selalu menjadikan perhatian Pemimpin TNI AU. Sehingga tercermin dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, maka parameter yang diharapkan dalam mencapai kondisi mental dan psikologi adalah sebagai berikut :

1) Tingginya mental satuan. Perwujudkan kondisi mental satuan yang mantap dapat dibagi dalam mental spiritual dan mental ideologi. Lebih jauh dapat diuraikan di bawah ini.

a) Mental spiritual diwujudkan dalam ketaqwaan terhadap Tuhan YME, hal tersebut harus selalu terwujud dalam kehidupan sehari-hari dengan selalu mengikuti ajaran-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Berkaitan dengan mental spiritual tersebut juga mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan militer. Pengalaman kehidupan militer membuktikan bahwa agama mempunyai pengaruh penting terhadap moril, terutama bagi para prajurit yang berhadapan dengan maut di garis depan. Doa-doa banyak berguna untuk menghilangkan rasa takut. Iman yang teguh dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepercayaan kepada kehidupan sesudah mati dapat mempertinggi moril.

b) Perwujudan mental ideologi ditempuh dengan memahami dan mengamalkan ideologi Negara seperti yang tertuang dalam Sapta Marga. Maka di dalam pelaksanaannya diharapkan tetap mempertahankan nilai-nilai Kejuangan. Dengan adanya rasa rela berkorban, semangat pantang menyerah serta tahan menghadapi penderitaan menjadikan suatu sosok pemimpin yang tangguh serta dapat mengarahkan anak buahnya sehingga memiliki kemampuan mengenali jalan yang benar, kemampuan menunjukan arah yang benar serta mampu menjalani sesuatu dengan benar (knows the way, shows the way and goes the way). Kondisi yang demikian membentuk mental ideologi yang kuat dan tidak tergoyahkan oleh berbagai kendala yang dihadapi.

2) Mantapnya Psikologi pemimpin. Di dalam setiap pelaksanaan tugas selalu dihadapkan adanya beban psikologi yang ditanggung oleh seorang Pemimpin, akan tetapi semua itu bukan menjadikan suatu penghalang dalam mencapai tujuan. Maka dari itu seorang Pemimpin TNI AU selalu berbuat atas dasar kebenaran bukan oleh baik atau buruk. Karena kebenaranlah yang akan yang mendasari suatu keberanian di dalam mengahadapi setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan pada pelaksanaan tugas. Dengan demikian maka terwujudlah kondisi psikologi yang mantap di lapangan.

10. Dari pembahasan tersebut di atas, maka kondisi yang diharapkan adalah dimilikinya sosok Pemimpin TNI AU yang dapat mentransformasikan peran kepemimpinannya pada perkembangan organisasi dan masyarakat. Para Pemimpin TNI AU mampu memahami pentingnya kepribadian yang mantap sebagai modal dasar kepemimpinan begitupun dengan pembekalan diri dengan kemampuan mengendalikan pembawaan sifat dan perilaku yang sejalan dengan perkembangan jaman serta kemampuan yang memadai untuk dapat mengelola satuannya secara lebih efektif dan efisien sesuai dengan tugas pokok satuannya. Pemimpin TNI AU harus ikut aktif dalam memahami, mengamalkan dan mempertahankan ideologi negara Pancasila. Mengembangkan rasa jiwa nilai kejuangan dengan mengembangkan nilai-nilai demokrasi. Mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa yang positif dengan tetap membuka diri dari nilai-nilai baru yang hidup dan berkembang dalam peradaban dunia modern serta mengembangkan kepemimpinan TNI sesuai dengan karakter moral yang kuat dalam pembangunan pertahanan dan keamanan nasional.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

11. Kesimpulan. Dari uraian tentang upaya meningkatkan peran Kepemimpinan TNI AU, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Peran pemimpin TNI AU dalam memimpin kesatuannya harus memahami kepemimpinan yang melayani. Pemimpin yang melayani melakukan hal itu karena ia ingin dengan melayani orang-orang, ia terdorong untuk membuka kesempatan agar orang-orang di sekitarnya memiliki kebebasan lebih luas untuk berkembang atau mengalami transformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang melayani bila memiliki hati yang melayani. Artinya ia meletakkan kebutuhan dan minat orang lain di atas minat dan kebutuhan dirinya.

b. Peran kepemimpinan TNI AU juga perlu memahami keteladanan dan kedisiplinan, karena keteladanan menjadi cara yang cukup efektif untuk mempengaruhi bawahan dalam bersikap. Sedangkan disiplin militer merupakan suatu ketaatan yang membaja, yang menghendaki kebiasaan dimana terdapat pengertian akan kepatuhan (Obedience) terhadap komando, ketaatan yang menghidupkan inisiatif dan cipta yang tetap yang harus selalu melekat dalam kehidupan prajurit selama berdinas aktif yang tercermin dalam sikap dan perilaku.

c. Peran kepemimpinan TNI AU pun diharapkan memiliki motivasi yang kuat serta mampu memberikan motivasi kepada anak buahnya. Motivasi atau dorongan kerja ini adalah kemauan kerja yang timbul karena adanya dorongan dari dalam pribadi yang bersangkutan sebagai hasil integrasi keseluruhan dan kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik, dan pengaruh lingkungan sosial dimana kekuatannya tergantung pada proses pengintegrasian tersebut, sehingga dengan secara sadar berperilaku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

d. Pendidikan dan latihan adalah merupakan tempat yang paling diyakini mampu untuk meningkatkan peran kepemimpinan TNI AU. kualitas output pendidikan di lingkungan TNI AU perlu ditinjau dari prestasi dan dedikasinya, untuk itu tolok ukur yang baku menjadi sangat penting dan mendasar dengan dilandasi obyektivitas yang jujur, adil dan benar. Sehingga pada saatnya nanti dapat diaplikasikan dalam memimpin satuan kerja di TNI AU.

e. Dalam menjalankan kepemimipinannya diharapkan seorang pemimpin TNI AU pun perlu melaksanakan pembinaan mental yang memungkinkan tumbuh suburnya sikap patriotisme prajurit TNI. Pembinaan mental tersebut hakekatnya merupakan trasformasi nilai-nilai normatif Sapta Marga menjadi sikap perilaku dan amal perbuatan prajurit. Di samping itupun perlu menjaga dan mengontrol kesehatan serta fisiknya secara teratur. Sehingga apabila diketahui adanya indikasi penyimpangan dapat segera diatasi dan tidak berdampak negatif terhadap diri pribadi serta satuan kerjanya.

12. Saran. Untuk peningkatan peran kepemimpinan TNI AU di masa yang akan datang, maka perlu tindakan-tindakan yang merupakan saran dan masukan sebagai berikut :

a. Pengawasan melekat (Waskat) ini penting dalam rangka untuk meminimalkan adanya kemungkinan penyimpangan atau kekeliruan dalam pelaksanaan tugas. Disamping itu untuk mengontrol terhadap sikap dan perilaku yang mengindikasikan menyimpang dari ketentuan, Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Pengawasan melekat ini pada dasarnya sudah melekat pada setiap insan prajurit TNI dalam statusnya sebagai atasan.

b. TOD (Tour Of Duty) dalam rangka penempatan jabatan personel militer TNI AU secara tepat dalam tugas/jabatan yang diperlukan dalam pengawakan organisasi TNI AU, dengan tujuan pemanfaatan tenaga dan komponen setiap personel militer TNI Angkatan Udara secara optimal guna mendukung tugas pokok TNI Angkatan Udara. Hal tersebut merupakan pelimpahan kepercayaan pimpinan kepada seorang militer untuk menjalankan tugas wewenang dan tanggung jawab dalam tingkat jabatan atau pekerjaan tertentu, berdasarkan hasil penilaian yang cermat terhadap perwira bersangkutan dan merupakan tuntunan kualifikasi tugas.


BAB VI
P E N U T U P

13. Penutup. Demikian tulisan naskah biografi kepemimpinan dikaitkan dengan peran kepemimpinan TNI AU pada masa mendatang, semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan organisasi TNI AU ke depan.

21 September 2009

14 September 2009

PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN PESAWAT UDARA NIRAWAK BAGI TNI AU.

Globalisasi telah menyebar keseluruh dunia dengan hasil teknologi yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia dan menimbulkan perubahan yang sangat mendasar dalam tatanan hubungan antar bangsa ini yang lebih banyak dikendalikan oleh negara-negara maju, serta hubungan kerja sama yang terus meningkat terasa kurang seimbang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat pada era globalisasi, telah menyebabkan ketergantungan terhadap fungsi dan peran dirgantara semakin tinggi. Semua negara sudah merasakan dampak dari globalisasi tersebut. Ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara dewasa ini masih dikuasai oleh beberapa negara, terutama kelompok negara maju yang sangat protektif di dalam alih teknologi terhadap negara-negara lain di luar kelompoknya. Dengan adanya persaingan yang semakin meningkat seperti tersebut di atas, maka umumnya proteksi alih teknologi ini masih akan terus berlangsung, walaupun kadar proteksi bagi alih teknologi tertentu dapat berkurang dalam rangka menciptakan pasar yang lebih besar bagi penggunaan teknologi lain yang benar-benar diproteksi oleh negara maju.


Indonesia tentunya tidak dapat melepaskan diri dari globalisasi ini, bahkan harus dapat berperan untuk mengamankan kepentingan nasional. Peran tersebut antara lain akan diwujudkanmelalui upaya pembangunan kedirgantaraan. Pembangunan kedirgantaraan ditujukan padaperjuangan memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayahdirgantara nasional dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untukmenghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Dengan memperhatikan hal tersebut dan denganmempertimbangkan kemampuan Indonesia dalam ilmu pengetahuan dan tekologi yangmasih terbatas untuk itu perlu melakukan kerjasama dengan negara/pihak lain. Dalam perkembangan globalisasi,ketergantungan antar negara dalam semua aspek kehidupan di era globalisasi akansemakin kuat.

Peluang yang tersedia dalam era globalisasi dan keterbukaan ini perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam semua unsur-unsur yang terkait dengan pembangunan kedirgantaraan nasional. Untuk itu perlu diupayakan dalam menjalin hubungan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional yang tepat yang dipedomani cara pandang dan sikap bangsa Indonesia dalam pendayagunaan dirgantara dalam rangka meningkatkan keamanan negara melalui forum internasional, baik dalam memperoleh dukungan maupun dalam mengembangkan potensi nasional dengan bantuan dari negara lain sebagai mitra sejajar. Dimana kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara diarahkan untuk mendukung terwujudnya alih teknologi yang diperlukan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan kedirgantaraan yang dibutuhkan bagi kemajuan peradaban, serta ketangguhan TNI Angkatan Udara sebagai unsur bargaining power dalam aspek deterence dan tidak melupakan wawasan yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral, dan etika didasarkan nilai luhur budaya bangsa serta nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (iwo)

11 September 2009

Pekan Olah Raga Satguddiaansen 62 Depohar 60 Lanud Iswahjudi


Dalam rangka menyambut HUT TNI Angkatan Udara ke-63 tanggal 9 April 2009, Satguddiaansen 62 Depohar 60 Lanud Iswahjudi menggelar serangkaian kegiatan pekan olah raga yang meliputi cabang olah raga; Volley ball, Tenis meja, Catur dan Tarik tambang. Rangkaian kegiatan pekan olah raga tersebut diakhiri dengan mengadakan acara selamatan yang sekaligus syukuran renovasi gedung perkantoran di lingkungan Satguddiaansen 62 Depohar 60. Pada kesempatan tersebut Dansatguddiaansen 62 Mayor Kal Indratmoko SW menjelaskan tentang maksud dari pekan olah raga tersebut sebagai bentuk pembinaan satuan guna meningkatkan kesamaptaan personel di lingkungannya. Pada kesempatan terpisah Komandan Depo Pemeliharaan 60 Kolonel Tek Mahendradatta, S.IP dalam amanatnya pada upacara bendera mingguan telah menginstruksikan kepada seluruh personel jajaran Depo Pemeliharaan 60 guna senantiasa menjaga kesamaptaan jasmaninya. Kondisi kesamaptaan yang baik sangatlah berguna bagi jenjang karier personel dalam mengikuti seleksi pendidikan sesuai strata D1, D2, Setukpa, Sekkau bahkan Seskoau.

09 September 2009

ANALISA OPERASI UDARA PADA PERANG IRAK TAHUN 2003 DAN MANFAATNYA BAGI TNI ANGKATAN UDARA



Pendahuluan


1. Amerika Serikat sebagai negara super power yang menerapkan kebijakan pertahanan pre-emtive strike maka AS dapat dengan leluasa menanamkan pengaruhnya terhadap negara lain, dimana perubahan-perubahan di lingkungan strategis global tercermin dari besarnya peran negara tersebut. Semua isu dapat dimunculkan ke permukaan di negara-negara yang bukan menjadi sekutunya, karena AS melihat negara-negara tersebut sebagai halaman rumahnya yang dengan sesuka hatinya dia akan segera menyapunya. Seiring dengan berjalannya waktu, Amerika Serikat mulai berfikir menghadapi berbagai kondisi permasalahan untuk kepentingan negaranya. Antara lain dalam masalah kelangkaan energi yang dihadapinya di masa yang akan datang, dimana untuk menggerakan roda perindustrian serta untuk menciptakan lapangan kerja di masa depan diperlukan suatu jaminan cadangan minyak yang cukup besar. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut hanya ada satu cara yaitu dengan invasi.

2. Pada saat Amerika Serikat mengalami tragedi WTC pada tanggal 11 September 2001 dengan serta merta AS melayangkan tudingan kepada negara-negara yang menjadi musuh nomor satu negara AS adalah Irak, Iran dan Korea Utara (Obrak-Abrik Irak, Penerbit Buku Kompas Jakarta, September 2003 hal.2). Dengan tuduhan AS sebagai otak pelakunya tragedi WTC adalah jaringan Al-Qaeda yang walaupun bukti tersebut masih belum jelas sampai saat ini. AS menyatakan perang terhadap kelompok Al-Qaeda dan pendukungnya. Kemudian AS menuduh Irak mempunyai hubungan erat dengan jaringan Al-Qaeda, di samping itu pula Irak merupakan negara yang diduga memiliki senjata pemusnah massal yang dapat mengancam negara AS dan negara-negara lain di dunia. AS bahkan mampu meluaskan pengaruhnya terhadap PBB, segala keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan PBB tidak terlepas dari kepentingan negaranya. Semua kebijakan PBB yang tidak sesuai dengan kebijakan AS, akan dengan mudah AS menggunakan hak vetonya. AS mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera mengeluarakan resolusi yang memberikan wewenang untuk menyerang Irak.

3. Amerika Serikat melancarkan kampanye dan propaganda dalam rangka mendapatkan dukungan Internasional dan anggota NATO untuk menyerang Irak dengan isu dimilikinya senjata pemusnah massal dan adanya keterkaitan Irak dengan jaringan teroris Al-Qaeda di Afganistan, bantuan dan dukungan Irak pada kegiatan pelatihan Teroris di Irak Utara. Atas tekanan dan desakan AS maka Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 1441 tanggal 8 November 2002 tentang pelucutan senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Irak. Resolusi PBB tersebut kurang mendapat respon dan tanggapan dari Irak, sehingga AS menganggap perlu menindak Pimpinan Irak dengan melakukan invasi ke Irak guna menggulingkan Pemerintahan Saddam Hussein. Pada tanggal 18 Maret 2003 Presiden Bush mengeluarkan ultimatum, bahwa Presiden Saddam Hussein dan keluarganya harus meninggalkan Irak dalam tempo 2 X 24 jam atau menghadapi serangan AS dan Sekutunya. Presiden Bush, Rabu (19/3) malam waktu Washington atau Kamis (20/3) pagi WIB, menyampaikan pidato tentang perang ke Irak dimulai. "Pasukan Amerika dan koalisi sudah melancarkan operasi militer untuk melucuti Irak, untuk membebaskan rakyat dan melindungi dunia dari ancaman bahaya," kata Presiden Bush (AFP/Patrick Baz, , Perang Dimulai, (BBC.com/O-1), Last modified: 20/3/2003). Pada tanggal 20 Maret 2003 Rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perang AS di sekitar Teluk mulai menghantam sasaran-sasaran strategis di Irak yang diikuti jet pembom siluman F-117 Nighthawk yang lepas landas dari Qatar dan Oman (Kompas 21 Maret 2003, Klipping Perpustakaan Seskoau, hal 27). Inilah yang menandai dimulainya serangan Udara AS ke Irak dengan sandi Operation Iraqi Freedom (Operation Iraqi Freedom, Colonel Walter J. Boyne. First edition, November 2003, hal.14).

4. Pengertian-pengertian. Untuk menyamakan persepsi dalam naskah ini, maka perlu diberikan beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Air Power (Kekuatan Udara) adalah proyeksi dari kemampuan manusia dalam memadukan unsur alam, teknologi dan SDM menjadi sesuatu kekuatan yang dapat digunakan baik bagi kepentingan damai maupun perang (Kardi, Kusnadi dan Aristides Katoppo, Air Power, Dari Air Surveillance Hingga Hukum Udara, hal.216).

b. Komando dan Kendali (Kodal) adalah proses dan sarana bagi pelaksanan wewenang dan arahan komandan yang ditunjuk atas kekuatan yang diberikan kepadanya untuk melaksanakan misi yang tepat dengan cara paling efisien untuk mencapai hasil yang diinginkan (Vademicum Operasi dan Latihan TNI AU, Sekolah Komando Kesatuan TNI AU, Jakarta, Juli 2007, hal.239)


Latar Belakang Perang Irak Tahun 2003



5. Alasan ekonomi, terutama minyak Irak yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia. Sejak revolusi industri meledak, banyak negara berlomba-lomba untuk mencari dan mendapatkan sumber-sumber energi dunia. Industrialisasi berarti memperkuat ekonomi dan kehidupan akan mapan, rakyat sejahtera. Hanya saja, industrialisasi baru bisa tumbuh dengan sokongan sektor energi yang kuat. Salah satu energi yang menjadi incaran dan idaman dunia adalah minyak. Siapa yang yang menguasai energi, dia akan menguasai dunia, begitu sebuah pomeo terkenal. Dalam bahasa eksplisitnya, jika suatu negara menguasai Timur Tengah, dia akan menguasai dunia. Tercatat setidak-tidaknya sekitar 70% cadangan minyak dunia tersimpan di Timur Tengah. Dari catatan terakhir OPEC, cadangan minyak yang ada di timur Tengah sedikitnya ada 800 milyar barel dan tersebar hanya di beberapa negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar. Irak, hingga akhir Maret 2003, memiliki cadangan minyak sebesar 112,5 milyar barel, produksi rata-rata minyak Irak per harinya mencapai 3,5 juta bph yang merupakan cadangan kedua terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Sedangkan kebutuhan AS akan minyak per harinya adalah 20 juta barel dan Amerika hanya dapat memenuhi 40 persennya saja, sementara cadangan minyak Amerika saat ini sekitar 30,4 milyar barel yang merupakan 3% dari total cadangan minyak dunia (Dibalik invasi AS ke Irak, Elba Damhuri, Senayan Abadi Publishing, Maret 2003, hal.15).

6. Irak memiliki senjata pemusnah massal (biologi dan kimia) dan mengembangkannya. Ketika berbicara di Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri Amerika, Collin Powell, mengatakan bahwa Irak menyimpan banyak amunisi yang disimpan di bunker-bunker yang digunakan untuk membuat senjata biologi dan kimia. Pemerintah Saddam Hussein juga dituduh telah mengembangkan senjata biologi dari laboratorium biologi bergerak yang menggunakan mobil van, yang disebut sebagai Saddam van’s of death. Irak dianggap tidak memenuhi resolusi PBB 1441 tentang pemusnahan senjata pemusnah massal. Berdasarkan laporan intelijen Amerika dan sejumlah paparan media massa di negeri Paman Sam itu, Irak
masih menyimpan banyak senjata pemusnah massal seperti rudal Al-Samoud-2 peluru kendali yang berkemampuan jelajah lebih dari 150 Km yang sampai ini diperkirakan sebanyak 200-an.
7. Jaringan terorisme dunia (Al-Qaidah). Tragedi WTC telah membuat AS segera berkampanye untuk melawan terorisme dan pendukungnya di seluruh dunia. Dengan tuduhan AS yang ditujukan kepada Osamah Bin Laden sebagai otak dari tragedi 11 September 2001, maka AS bersama sekutunya dengan ijin PBB melakukan upaya penangkapan terhadap Osamah Bin Laden yang diduga bersembunyi di Afghanistan yang dilindungi oleh pemerintahan Taliban. Peristiwa tersebut memberikan peluang AS untuk melancarkan perang terhadap negara-negara yang dianggap sebagai ancaman global dengan kedok terorisme internasional. Irak dianggap sebagai negara yang tidak kooperatif dalam membasmi aksi terorisme internasional bahkan dituduh telah mendukung dan melaksanakan kegiatan pelatihan teroris Al-Qaidah.

8. Alasan keagamaan. Majalah mingguan Newsweek, sepekan sebelum Amerika menyerang Irak, pernah menurunkan liputan khusus tentang semangat keagamaan Bush ini. Sebagai penganut Kristen Methodist, Bush tidak bisa mentolerir segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan Islam Fundamentalis seperti yang dilakukan Usamah bin Ladin yang menurut Amerika memiliki hubungan khusus dengan pemerintahan Saddam Hussein. Kristen Methodist sendiri merupakan sebuah gerakan keagamaan yang bertolak dari pengalaman pribadi. Apa yang dilakukan Bush terhadap Irak merupakan panggilan suci yang harus dilaksanakan agar kebebasan dunia bisa berjalan dengan baik. Sebagian umat Kristen tampaknya mendukung rencana perang suci Bush tersebut, dimana dalam pemilu menjelang AS menyerang Irak, Bush menang telak.

9. Demokratisasi. Selama ini, Bush juga berteriak-teriak kepada seluruh dunia, termasuk Indonesia, bahwa perang Irak dilatarbelakangi alasan ingin membangun negeri Irak yang demokratis, membebaskan rakyat Irak dari kekejaman rezim Saddam, dan membawa Irak ke dalam kesejahteraan. Rakyat takut menyampaikan aspirasinya bila bertentangan dengan kebijakan Saddam karena akan disiksa dan dianiaya. Hal tersebut dinilai oleh AS sebagai pemerintahan yang brutal, melanggar HAM dan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi (Perang Teluk 2003, Staf Operasi Mabes TNI, Jakarta agt 2003 hal 13).


10. Perseteruan Dólar AS versus Euro. Sejak tanggal 1 November 2000, secara resmi Irak meminta PBB untuk membayar seluruh transaksi minyaknya dengan menggunakan Euro, mata uang sejumlah negara Eropa minus Inggris. Bisa dibayangkan, rata-rata hasil penjualan minyak Irak itu sebesar 75 juta dolar AS (sekitar Rp. 700 milyar) per hari. Perubahan penggunaan mata uang hasil penjualan minyak, yang dikenal sebagai Oil for food itu, tampaknya menjadi pukulan besar bagi Amerika. Bukan Cuma penjualan minyak yang dikonversikan ke euro, Saddam Hussein pun sudah memerintahkan aparatnya untuk mengganti cadangan devisanya yang sebesar 10 milyar dolar AS dengan euro. Dengan telah mengubah seluruh pembiayaan dan transaksinya menggunakan euro, sama artinya dengan merusak anggaran belanja Amerika.

Kekuatan yang Terlibat Dalam Perang Irak Tahun 2003.

11. Pasukan Irak. Titik berat pasukan Irak dalam menghadapi pasukan koalisi yaitu pada pasukan darat. Angkatan Darat Irak terbagi dalam dua kelompok yaitu tentara reguler dan Pengawal Republik (Republican Guard) dengan perincian sebagai berikut :

a. Republican Guard. Pasukan Pengawal Republik ini merupakan pasukan yang dianggap sebagai pasukan tempur Irak yang paling efektif, dan berbasis di kota Bagdad. Personelnya berjumlah antara 60.000 sampai 70.000 personel yang dipimpin langsung oleh Qusay, anak laki-laki kedua Saddam Husein. Kekuatannya terdiri dari 4 Brigade Infantri, 1 batalyon lapis baja, 1 batalyon Artileri serangan udara. Senjata berat yang dimiliki adalah senjata arteleri dengan menggunakan Tank T-72 (Kompas 21 Maret 2003, Klipping Perpustakaan Seskoau, hal 28).

b. Regular Iraq Army (Corps I s/d Corps V). Merupakan tentara reguler Irak, memiliki 5 Corps, masing-masing Corps mempunyai 10.000 orang dengan pembagian wilayah sebagai berikut :

1) Corps I. Berlokasi di sekitar daerah Krikuk, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok Corps I adalah bergabung dengan Republican Guard untuk mengamankan wilayah bagian Utara dekat zona larangan terbang.


2) Corps II. Berlokasi di sebelah Utara Baghdad, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok Corps II adalah menjaga perbatasan wilayah dengan Irak yang berlokasi di sebelah Timur Laut Baghdad.

3) Corps III. Berlokasi di sebelah Selatan Irak, berjumlah sekitar 10.000 personel tiap. Tugas pokok Corps III adalah mengamankan rute sepanjang sungai Euprates yang menuju Kuwait melalui sebelah Selatan kota Basra.

4) Corps IV. Berlokasi di sebelah Utara Baghdad, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok dari Corps IV adalah menjaga perbatasan sebelah Selatan Irak.

5) Corps V. Berlokasi di sekitar Mosuli di sebelah Utara Irak, berjumlah sekitar 10.000 personel. Tugas pokok dari Corps V adalah menjaga perbatasan sebelah Utara Irak.

c. Special Unit. Satuan ini memiliki kemampuan khusus yang disiapkan untuk melaksanakan berbagai tugas-tugas khusus, terdiri dari satuan-satuan sebagai berikut :

1) Satuan 999. Berlokasi di Salman Army disebelah Selatan Baghdad, memiliki 6 batalyon dengan jumlah 300 personel setiap 1 batalyon.

2) Military Security Service. Satuan ini berlokasi di Baghdad dengan jumlah sekitar 5.000 personel, sebagai satuan yang berdiri sendiri tugasnya untuk memantau pihak-pihak yang berselisih paham dengan Militer.

3) People Army. Berdasarkan kondisi geografi daerah Irak, satuan ini telah digelar sebanyak 19 satuan. Peronel ini diperoleh dengan merekrut sukarelawan sipil yang dilatih beberapa minggu, kemudian ditempatkan di satuan People Army.

d. Iraq Air Force. Jumlah total pesawat tempur yang dimiliki Irak sekitar 300-350 pesawat, namun hanya sekitar 50-60 % yang dapat beroperasi dan digunakan dalam pertempuran. Hal ini akibat embargo yang dilakukan oleh AS, namun Irak mengantisipasi kekurangan suku cadang dengan cara menyelundupkan dari Negara Serbia dan Korea Utara. Adapun kekuatan udara yang dipersiapkan adalah :

1) Pesawat Tempur. Pesawat tempur yang digunakan oleh Irak adalah Mirage F1, MIG-29 Fighter, SU-25 dan MIG-21 short range fighter (Melawan Agresi Amerika, Gatra no 19 thn IX, 29 maret 2003 hal.34).

2) Pesawat Angkut. Pesawat cargo An-26 dan An-12.

3) Pesawat Helicopter tempur berjumlah 100 unit.

12. Pasukan Koalisi. Pasukan AS dalam melaksanakan serangan ke Irak dibantu oleh pasukan tempur dari Inggris dan Australia dengan melibatkan satuan darat, laut dan udara, serta satuan administrasi dari Spanyol dan Polandia, dengan satuan-satuan tempur utama sebagai berikut :

a. Pasukan Amerika Serikat (AD,AL,AU dan Marinir). Jumlah keseluruhan pasukan AS sekitar 225.000 orang. Sedangkan komposisi pasukan sebagai berikut :

1) Angkatan Darat. Terdiri dari Satuan tempur infantry, Kavaleri, Artileri, Pasukan Payung, Pasukan Gunung dan Unsur Logistik dengan komposisi sebagai berikut:

a) 1st Cavalry Division.
b) 1st Armoured Division.
c) 3rd Beigade Infantry Division.
d) 3rd Armoured Cavalry Regiment.
e) 4th Infantry Division (Mechanized).
f) 7th Cavalry Division.
g) 10th Mountain Division.
h) 32nd Army Air & Missile.
i) 82rd Airborne Division.
j) 101st Airborne Division (Air Assault)
k) 173rd Airborne Brigade.

2) Angkatan Laut. Kekuatan laut menggunakan berbagai jenis kapal sebagai berikut:

a) USS Abraham Lincoln (CVN 72) beserta Carrier Battle Groupnya.
b) USS Constellation (CV 64) beserta Carrier Battle Groupnya.
c) USS Kitty Hawk (CV 63) beserta Carrier Battle Groupnya.
d) USS Harry S. Truman (CVN 75) beserta Carrier Battle Groupnya.
e) USS Theodore Roosevelt (CVN 71) beserta Carrier Battle Groupnya.

3) Marinir. Pasukan pemukul yang bergerak dari laut kemudian melanjutkan merebut sasaran ke darat dengan komposisi sebagai berikut:

a) 1st Marine Expeditionary Force.
b) 1st Marine Experiment.
c) 2nd Marine Expeditionary Brigade..
c) 15st Marine Expeditionary Unit.
d) 24th Marine Expeditionary Unit.
e) 26th Marine Expeditionary Unit.

4) Angkatan Udara. Kekuatan Udara AS dilengkapi senjata mutakhir untuk melumpuhkan kekuatan udara Irak. Satuan udara yang terlibat adalah :

a) 28 th Bomb Wing
b) 509 th Bomb Wing
c) 1 st Fighter Wing
d) 4 th Fighter Wing
e) 49 th Fighter Wing
f) 52 nd Fighter Wing
g) 55 th Wing
h) 116 th Air Control Wing
j) 347 th Rescue Wing
k) 6 th Air Mobility Wing
l) 60 th Air Mobility Wing
m) 43 rd Air Lift Wing
n) 16 th Special Operation Wing
o) 11 th Reconnaissance Squadron.

b. Pasukan Inggris (AD,AL,AU dan Marinir). Pasukan Inggris yang terlibat sebanyak 45.000 orang yang terdiri dari :

1) Angkatan Darat. Satuan Angkatan Darat Inggris terdiri dari :

a) 1 st UK Armoured Division
b) 7 th Armoured Brigade
c) 16 Air Assault Brigade.
d) 102 Logistic Brigade.

2) Angkatan Laut. Satuan Angkatan Laut Inggris terdiri dari :


a) HMS Ark Royal.
b) HMS Ocean.
c) HMS Liverpool.
d) HMS Edinburgh.
e) HMS York.
f) HMS Marlborough
g) HMS Grimsby..
h) HMS Ledbury.
j) HMS Splendid.
k) HMS Turbulent
l) RFA Argus.
m) RFA Sir Tristram.
n) RFA Sir Galahad.
o) RFA Sir Percivale.
p) RFA Fort Victoria.
q) RFA Fort Rosalie.
r) RFA Fort Austin.

3) Marinir dari Para Komando. Terdiri dari satuan sebagai berikut :

a) 3 rd Commando brigade.
b) 40 th Commando.
c) 42 nd Commando.
d) 29 th Commando, Royal Artilery Regiment.

4) Angkatan Udara. Kekuatan Angkatan Udara Inggris terdiri dari :

a) Royal Air Force berbasis di Inggris.
b) Operation Nothern Watch (41 st dan 10 th Squadron) yang berbasis di Turki
c) Operation Southern Watch (43 rd Squadron, 12 th Squadron, 201 Squadron dan 206 Squadron) yang berbasis di Arab Saudi.

c. Pasukan Australia (AD,AL dan AU). Pasukan Australia terdiri dari 2.000 orang dengan perincian sebagai berikut :

1) HMAS Kanimbala.
2) HMAS Darwin.
3) HMAS Anzac.
4) Royal Australian Air Force.
5) Australian Army.
6) Special Air Service.
7) 16 th Air Defence Regiment.
8) 5 th Aviation Regiment.

13. Dukungan Logistik Pasukan Koalisi.

a. Pengisian Bahan Bakar di Udara. Sampai tanggal 11 April 2003, Amerika telah melakukan 7.525 sorti penerbangan pesawat tanker yang membawa 46.000.000 gallon dalam pengisian bahan bakar di udara. Sedangkan total sorties untuk pesawat tanker sebanyak 9.064 sorties (CNN.com, War Tracker: March 24, 2003).

b. Dukungan Logistik. Khusus untuk mendukung kekuatan udaranya, pasukan Koalisi telah menggunakan bahan bakar jet sebanyak 195.753.818 gallon, 414 gallon JPTS, 27.368 gallon untuk aviation, 2.147.248 gallon bahan bakar diesel dan 368.525 gallon untuk kebutuhan bahan bakar yang tidak terduga. Keunggulan bidang logistik tersebut memberikan kemampuan AS untuk berperang di hampir separo belahan dunia dengan intensitas penugasan yang berbeda.

c. Angkutan Udara dan Angkutan Laut. AS dan pasukan Koalisi telah menerbangkan sebanyak 7.100 sorti angkutan udara antara hari H sampai dengan tanggal 11 April 2003, menggeser sekitar 55.000 ton bekal dan memberangkatkan 76.000 personel antara hari H sampai dengan tanggal 9 April serta 7.676 sorti pesawat angkut udara selama periode peperangan. Mobilitas udara di dalam Medan peperangan juga dapat dinilai kritis. AU AS menerbangkan 2.203 sorti pesawat C-130. Dalam waktu bersamaan, seperti pada Perang Teluk dan diberbagai konflik besar lainnya, mayoritas peralatan besar pasukan koalisi masih digeser dengan menggunakan angkutan laut, termasuk sebagian besar amunisi, perbekalan dan dukungan peralatan lainnya.

14. Kekuatan Intelijen Pasukan Koalisi. AS menggunakan UAV dalam mendapatkan data-data intelijen, UAV yang dilibatkan antara lain : Hunter, Pointer, Shadow, Dragon Eye, Pioneer, Global Hawk, Predator, sedangkan Inggris menggunakan Phoenix. Disamping itu juga menggunakan teknologi satelit.

15. Kekuatan Komlek dan Pernika Pasukan Koalisi. AS menggunakan pesawat pengganggu system radar EF-111 Raven, EA-6 B Powler, A-6E Intruder dan F/A – 18 Hornet , pesawat-pesawat tersebut dilengkapi perangkat perang elektronik (electronic Warfare) yang dapat membuat tidak berfungsinya Radar dan Rudal Irak. Pesawat tersebut dilengkapi Rudal HARM yang dapat menghancurkan sasaran akibat radiasi radar (Invasi ke Irak, Edisi Koleksi Angkasa, Dispenau, 2003, hal.12).

Pelaksanaan Operasi Udara

16. Tahap Perencanaan.

a. Pihak Koalisi

1) Rencana rahasia Pentagon Polo Step. Pentagon secara amat rahasia telah merencanakan serangan ke Irak sejak Desember 2001. Rencana tersebut bertujuan untuk menggulingkan Saddam Hussein dan dikenal dengan Polo Step.

2). Upaya Diplomasi AS untuk meyakinkan dunia internasional. Upaya penggalangan dukungan internasional dilakukan AS guna memberikan legitimasi dalam menggulingkan rezim Saddam Hussein. Sejak Presiden Bush dan pembantunya mengemukakan ide untuk mengganti Saddam Hussein upaya penggalangan diplomatik mulai dilancarkan. AS menginginkan dukungan DK PBB dalam bentuk resolusi yang memberinya wewenang untuk menyerang Irak.

3). Penggeseran kekuatan Darat ke Kuwait dan Qatar. Sejak tahun 2002 telah digeser peralatan militer ke Kuwait dan Qatar meliputi : 115 tank Abrams, 60 M-2A2 Bradley, 100 kendaraan angkut personel, 20 mortir dan 20 howitzers 115 mm. Disiagakan pula 9.000 personel yang siap digerakkan dalam waktu 96 jam.

4). Penggeseran kekuatan Laut keTeluk Persia. Korps Marinir AS disiapkan di atas kapal di wilayah Teluk Persia. AU AS menimbun senjata, amunisi, suku cadang pesawat di sebuah depot di teluk Persia, persenjataan pintar terus dilengkapi. Pentagon menyewa 2 kapal kargo raksasa untuk membawa kendaraan tempur dan helicopter, termasuk material perang lainnya.

5). Penggeseran kekuatan Laut ke Laut Merah. Sebuah kapal sewaan membawa kendaraan tempur dari Eropa dan AS bergabung ke Teluk , di samping itu membawa helicopter dan amunisi ke sebuah pelabuhan di Laut Merah.

b. Pihak Irak. Menanggapi reaksi AS yang mulai terlihat di sekitar Teluk , Irak mulai melakukan tindakan sebagai berikut :

1) Menggelar senjata anti pesawat terbang mengintari bangunan- bangunan penting sekitar Baghdad sejak Juli 2002.

2) Menanam balok-balok baja setinggi 1 meter yang memagari Zona kota Bagdad dengan kawat berduri.

3) Membangun parit perlindungan di sepanjang bantaran sungai Tigris dan di beberapa komplek kepresidenan.

4) Milisi partai berkuasa Bath dan Komando Saddam menumpuk makanan dan bahan bakar.

5) Membagikan senjata dan roket sederhana RPG (Rocket propelled grenaded) ke para pendukungnya.

17. Tahap Pelaksanaan.

a. Pihak Koalisi

1). Serangan awal dengan Rudal Jelajah Tomahawk. Sebagai pembuka serangan sasaran strategis seperti pusat Kodal, Transportasi, Komunikasi menggunakan BGM-109 Tomahawk pada dini hari tanggal 17 Januari 2003. Disusul pemboman jet siluman F-117 Nighthawk dengan sasaran pusat komando Irak menggunakan 4 bomb berpemandu laser GBU 24. Sebelum serangan dimulai didahului dengan pesawat EF-111 Raven yang bertugas mengganggu system radar Irak. Kemudian pesawat EA – 6B Prowler, A-6E Intruder dan FA-18 Hornet yang dikawal F - 14 Tomcat bertugas menghancurkan Radar dan Rudal Irak (Electronic Warfare) (Invasi ke Irak, Edisi Koleksi Angkasa, Dispenau, 2003, hal.12).

2). Serangan dari arah Selatan. Pintu masuk menerobos pertahanan Irak adalah melalui arah selatan, karena di wilayah tersebut telah tergelar beberapa pangkalan Amerika yaitu di Qatar, Oman, Bahrain, Arab Saudi, Kuwait serta beberapa kapal induk yang sudah berada di laut Persia. Kekuatan udara yang dilibatkan pembom B-52 dan heli Apache yang berfungsi sebagai Air Cover pasukan darat (ABC.News//L-8),


3). Serangan dari arah Utara. Untuk memecah perhatian pasukan Irak dalam mempertahankan kota Baghdad, pasukan Koalisi menggunakan dua poros serangan dari arah Selatan dan Utara. Penyerangan dari arah utara akhirnya pasukan Koalisi dapat menduduki kota Mosul dan Arbil. Selanjutnya pasukan Koalisi melanjutkan gerakan menuju kota Baghdad. Walaupun mendapat perlawanan dari Garda Republik namun pasukan Koalisi
dapat menduduki kota Mosul, Arbil dan selanjutnya menuju Baghdad.

4). Perang Informasi. Dalam peristiwa invasi AS di Irak, pemerintah George W. Bush juga menerapkan strategi perang informasi yang luar biasa. George W. Bush sadar betul, bahwa tanpa pembentukan opini publik maka ia akan memperoleh kecaman baik dari publiknya sendiri maupun masyarakat dunia internasional.

5). Penguasaan Bandara Internasional Bagdad. Jatuhnya Bandara Internasional Saddam Hussein ke tangan pasukan Koalisi pada tanggal 5 April 2003 mengejutkan banyak pihak baik dari pihak Irak maupun pasukan Koalisi. Dalam peperangan modern sebuah Bandara mempunyai peran yang sangat penting, terlebih dalam perang Teluk tahap kedua ini, Irak telah mempersiapkan untuk dipertahankan mati-matian dan bila mungkin sebagai sarana evakuasi bagi pemerintahan Saddam Hussein untuk lari ke luar negeri. Setelah dikuasai dimanfaatkan untuk mendukung operasi selanjutnya yaitu droping pasukan dan logistik.

6). Kekalahan Irak. Kejatuhan Irak hanya berlangsung singkat yaitu 21 hari pertempuran dan kejatuhan pemerintahan Saddam Hussein disimbolkan dengan diruntuhkannya patung Saddam di pusat kota Baghdad.

b. Pihak Irak. Perlawan yang dilakukan Irak adalah :

1) Melawan dengan persenjataan yang ada.
2) Melawan dengan strategi perang kota.
3) Menggunakan pengacak sinyal GPS sehingga sasaran rudal AS melenceng. Peralatan anti GPS tersebut dari Rusia, namun dapat dihancurkan AS dengan pesawat B-1B dan F-117.

18. Tahap Pengakhiran.

a. Pihak Koalisi.

1) Mengamankan seluruh wilayah Irak sampai keamanan terjamin.
2) Menyusun pemerintahan baru dengan pemilu yang demokratis.
3) Merangkul suku-suku yang ada di Irak untuk membangun kembali Irak.

b. Pihak Irak.
1) Melaksanakan perang gerilya untuk bertahan.
2) Menggalang sisa kekuatan yang loyal kepada Saddam Hussein.

Penggunaan Macam Operasi Udara yang Menonjol

19. Strategi Perang Pasukan Koalisi dan Irak

a. Pasukan Irak. Memperbandingkan kekuatan pasukan Koalisi yang memiliki kemampuan darat, laut dan udara yang sangat unggul dengan kemampuan pasukan Irak yang mengandalkan pasukan Republican Guard serta milisi yang setia kepada presiden Sadam yang hanya dilengkapi dengan senjata ringan dan artileri tanpa perlindungan udara, maka strategi yang paling mungkin dilakukan Irak adalah dengan menghambat gerak maju pasukan Koalisi, mengulur waktu pertempuran, serta bertahan dengan menyiapkan perang gerilya kota. Harapan dari pasukan Irak dapat menggiring pasukan koalisi untuk terlibat langsung pada perang gerilya kota dimana pasukan Irak telah menguasai medan.

b. Pasukan Koalisi. Dalam penyerangan ke Irak, pasukan koalisi mendapat dukungan dari negara tetangga Irak antara lain Turki di bagian utara yang memberikan izin untuk pemakaian wilayah udaranya dan negara Arab Saudi dan Kuwait di Selatan yang memberikan wilayahnya menjadi pangkalan militer baik di darat maupun di laut. Dari pertimbangan strategis dan taktis, pasukan koalisi menentukan strategi bertempur dengan menggunakan dua arah serangan untuk menduduki kota Bagdad.

1) Serangan dari Arah Selatan. Pintu masuk menerobos pertahanan Irak adalah melalui arah selatan, karena diwilayah tersebut telah tergelar beberapa pangkalan Amerika yaitu di Qatar, Oman, Bahrain, Arab Saudi, Kuwait serta beberapa kapal induk yang sudah berada di laut Persia. Serangan dari arah selatan dititikberatkan untuk merebut Pangkalan Laut Umm Qasr guna mendaratkan pasukan Tank dan dukungan Logistik pihak koalisi untuk melanjutkan serangan ke kota-kota di Selatan Irak.

2) Serangan dari Arah Utara. Untuk memecah perhatian pasukan Irak dalam mempertahankan Kota Bagdad, pasukan koalisi menggunakan dua poros serangan yaitu dari arah selatan dan utara. Penyerangan dari arah utara mendapatkan perlawanan, namun dengan diperkuat oleh Pasukan Kurdi yang bermusuhan dengan pasukan Irak, akhirnya Pasukan Koalisi dapat menduduki kota Mosul dan Arbil yang selanjutnya bergerak ke kota Bagdad.

3) Perang Informasi. Amerika serikat menyadari bahwa tanpa pembentukan opini publik maka ia mendapat kecaman baik dari publiknya sendiri maupun masyarakat dunia internasional. Isu sentral yang gencar dilakukan untuk menghantam Irak adalah bahwa Irak telah mengembangkan senjata pemusnah massal yang sangat mengerikan dan dapat membahayakan keselamatan manusia.

20. Operasi Lawan Udara Ofensif. Dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keunggulan udara di wilayah Irak. Berupa peluncuran Rudal HARM yang melumpuhkan Sista Hanud lawan sehingga kemampuan Hanud menjadi hilang. Yang menjadi target adalah Rudal dan Radar Irak dengan menggunakan pesawat F/A-18 Hornet dan F-14 Tomcat dan F-4G Wildweasel.

21. Operasi Serangan Udara Strategis. Dilaksanakan untuk menetralisir kemampuan dan kemauan Irak untuk bertempur, hal ini dilakukan dengan menghancurkan sasaran bernilai strategis menggunakan bom pintar. Operasi ini meliputi :

a. Operasi Pengamatan Udara yang menggunakan teknologi satelit.

b. Operasi Pengintaian Udara, menggunakan pesawat EA-6B Prowler dan EF-111 Raven

c. Operasi Penyerangan Udara, menggunakan pesawat F-14, F-4G, F/A- 18, F-16 dan F-15. Sedangkan rudal yang digunakan adalah AGM-65 Maverick, rudal berpemandu laser AS 30L, bomb Cluster, GBU 24 dan GBU 27.

d. Operasi Perlindungan Udara, menggunakan pesawat F-14 Tomcat.

22. Operasi Dukungan Udara. Bertujuan untuk membantu kekuatan darat, laut dan udara Koalisi di mandala operasi. Operasi ini meliputi :

a. Operasi Pengintaian Udara Taktis.
b. Operasi Serangan Udara Langsung.
c. Operasi Perlindungan Udara.
d. Operasi Lintas Udara.
e. Operasi Pengisian Bahan Bakar di Udara.
f. Operasi SAR Tempur.

Analisis Penggunaan Strategi Udara

23. Perbandingan Kemampuan Dukungan Logistik. Dengan membandingkan data dari dukungan logistik, maka akan tampak jelas perbandingan yang mencolok antara kemampuan logistik pasukan Koalisi dengan pasukan Irak. Logistik pasukan Irak yang terdiri atas sarana dan prasarana serta peralatan tempur pasukan regular dan kelompok militan yang setia kepada Saddam, hanya terdiri dari peralatan tempur yang berada pada kondisi berkisar 50% – 70% serviceable, hal tersebut sungguh tidak seimbang dengan peralatan tempur yang digunakan oleh pasukan koalisi. Dimana di dalamnya terdapat Amerika Serikat yang telah mengembangkan kemampuan dukungan logistik tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran. Ketidakseimbangan ini bila dicermati secara mendalam maka akan semakin tampak jauh apabila memperhatikan kemampuan dukungan logistik secara keseluruhan baik bekal makanan, bekal kaporlap dan pemadam kebakaran, bekal bahan bakar minyak, bekal suku cadang, bekal senjata dan amunisi serta bekal khusus (Darat, Laut dan Udara). Kemampuan dukungan logistik yang handal jelas akan berpengaruh pada kontinuitas jalannya peperang yang sedang dilaksanakan.

24. Strategi perang yang digunakan AS dan Koalisi sangat efektif. Mengkampanyekan Air Power secara maksimal , sehingga AS tidak akan terlibat perang kota, sehingga kekuatan udara harus mutlak dikerahkan. Strategi ini ternyata sangat efektif yang memakan waktu perang relatif singkat dengan jumlah korban sedikit. Untuk itu maka serangan udara yang dilaksanakan adalah dengan ;
Operasi Pengamatan dan Pengintaian yang dilakukan dengan menggunakan teknologi satelit dan pesawat udara nir awak guna mendapatkan sebanyak mungkin data dan informasi tentang disposisi gelar kekuatan lawan guna dijadikan bahan bagi peimpinan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Operasi Serangan Udara Strategis dilaksanakan untuk menetralisir kemampuan dan kemauan Irak untuk bertempur, hal ini dilakukan dengan menghancurkan sasaran bernilai strategis menggunakan bom pintar atau smart bomb dan LGB (Laser Guide Bomb). Operasi Perlindungan Udara yang digelar untuk menjamin dan melindungi kekuatan kawan yang akan dan sedang menjalankan operasi, dilaksanakan sangat baik dengan memperhitungkan kemampuan kekuatan lawan yang ada. Operasi Lintas Udara yang dilaksanakan dengan menerjunkan pasukan payung dari airborne division guna mempercepat pendudukan di Irak menjadikan serangan lebih efektif dengan dapat dikuasainya bandara internasional di Bagdad. Operasi Pengisian Bahan Bakar di udara menjadi suatu tumpuan bagi kelangsungan suatu misi penyerangan, dimana pada saat pesawat tempur dituntut untuk banyak melakukan penyerangan maka dibutuhkan suplai bahan bakar yang dapat dilakukan secara efektif di mandala operasi. Untuk mengeliminir korban akibat peperangan dan menjaga moril pasukan agar tetap dapat melaksanakan pertempuran maka digelar Operasi SAR Tempur.

25. Komunikasi dan Informasi. Dengan kecanggihan teknologi dibidang komunikasi dan informasi, maka jaringan komunikasi dan informasi yang penggelarannya sudah diperhitungkan dengan cermat dan teliti maka terlihat bahwa keunggulan tersebut berada dipihak Koalisi karena dari waktu ke waktu mereka dapat memberikan informasi jelas tentang jalannya pertempuran serta penggambaran suasana yang terjadi. Walaupun terjadi perlawanan informasi dari pihak Irak namun kemampuan perlawanan di dalam sistem komunikasi dapat dengan cepat mengubah frekuensi yang dapat mengungguli jaringan komunikasi dari pihak Irak, maka hal ini sangat tidak berdampak. Dengan terbatasnya komunikasi Irak dan serangan terus menerus dari pihak Koalisi telah melemahkan pasukan Irak karena antara wilayah satu dengan lainnya menjadi terpisah-pisah sehingga memudahkan pasukan Koalisi melakukan pendudukan. Salah satu upaya mengoptimalkan dan mengefektifkan perang informasi adalah dengan Batalyon Komunikasi (Perhubungan) yang berfungsi sebagai pengendali operasi militer di Irak.

26. Keberhasilan pola Operasi Gabungan.

a. Kerja sama kekuatan Darat dan Udara. Setelah kekuatan pertahanan udara dan pesawat tempur Irak dilumpuhkan, maka pertahanan Irak hanya bertumpu pada kekuatan daratnya. kekuatan darat Irak yang telah digelar pada satuan-satuan republican guard dan regular Iraq army (corps I s/d V) segera menghadang desakan dari pasukan koalisi. Pada kondisi tersebut maka kekuatan udara pasukan koalisi segera memberikan bantuan serangan udara langsung kepada pasukan darat koalisi guna memaksa lawan untuk mundur dengan melaksanakan penembakan secara gencar dari udara, hal tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan percepatan operasi darat dan operasi-operasi selanjutnya. Hal ini sangat menurunkan ancaman nyata dari pasukan Irak terhadap kekuatan pasukan AS dan Inggris. Pada perang ini supremasi serangan udara tetap menjadi prioritas guna mengurangi kerugian kekuatan darat seminimal mungkin.

b. Kecepatan dan ketelitian. Pada perang Irak, Pasukan Koalisi memiliki suatu elemen yang dikenal dengan shock and awe (Maruli Tobing, Saddam Terpojok tapi Menang dalam Strategi, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/07/utama/242099.htm, 07 Apr 03). Kombinasi peralatan intelijen, pengawasan dan pengintaian, senjata dengan tingkat ketelitian tinggi dan system avionic yang baik telah memungkinkan dilaksanakannya operasi serangan di segala cuaca dengan ketelitian tinggi yang dapat membatasi dampak serangan terhadap korban jiwa dan kerusakan fasilitas sipil yang jelas-jelas tidak membahayakan di dalam peperangan.

c. Sistim C4ISR. Pasukan Koalisi menerapkan pola operasi gabungan dengan memfokuskan kemampuan untuk memonitor perkembangan
operasi di lapangan dan penentuan sasaran secara tepat dan secepat mungkin. Untuk itu diperlukan suatu sistem kontrol yang sudah terintegrasi
dengan baik. Upaya tersebut dikembangkan untuk mempersingkat respon terhadap dinamika operasi sampai dengan hitungan menit pada perang Irak. Hal ini dilakukan dengan cara mengamati perkembangan yang semakin cepat dalam pemanfaatan ruang udara, penggunaan pesawat udara nir awak (UCAV dan UAV), pesawat udara, intelijen perhubungan, intelijen elektronika, analisa gambar udara, taktik pasukan khusus dan intelijensia manusia.

27. Peran Faktor Non Tempur Dalam Mendukung Kemenangan AS.

a. Teknologi GPS. Sebagai suatu alat yang dapat menentukan posisi dan koordinat pasukan kawan GPS telah berperan besar dalam turut menentukan keberhasilan operasi militer AS dan Koalisinya. Lebih dari 100.000 pesawat penerima GPS ringan dan berakurasi tinggi telah digunakan oleh kekuatan darat, sampai dengan tingkatan regu. Satuan Marinir menggunakan 5.400 unit, sampai dengan tingkatan peleton. Penggunaan teknologi GPS telah mempercepat gerakan satuan darat dimana alat ini dapat dikombinasikan dengan peralatan computer yang datanya dapat di monitor di ruang operasi.

b. Peran komponen cadangan AS. Dari sisi lain dapat dilihat bahwa pelibatan jumlah pasukan AS yang besar pada perang Irak sangat ditunjang dengan pengerahan Komponen Cadangannya (reserve) yang meliputi cadangan AD, Penjaga Nasional (Army National Guard), cadangan AL, cadangan AU dan cadangan Marinir dan Penjaga Nasional AU dengan jumlah total 40.400 orang. Dengan melibatkan komponen cadangannya maka dapat terlihat bahwa peran komponen cadangan di dalam suatu peperangan merupakan totalitas kemampuan untuk bertempur di dalam mendukung komponen utama untuk memenangkan perang.

c. Perang Informasi dan opini publik. Untuk dapat mengendalikan informasi dan membentuk suatu opini publik yang menguntungkan maka militer AS mengembangkan dan menerapkan “upaya pemaksa” di dalam menjalankan strategi perang informasi, misalnya dengan cara melakukan suatu operasi tertentu terhadap media massa yang tidak sejalan dengan kebijakan operasi militer AS di Irak. Sebagai contoh stasiun Aljazera sengaja dijamming oleh militer AS. Demikian juga perlakuan terhadap awak media massa yang tengah melakukan tugas jurnalistik di Irak sempat diganggu oleh militer AS. Strategi perang informasi yang diterapkan untuk membangun dan merubah opini piblik sangat efektif dalam mengendalikan informasi.

d. Faktor Manusia, Latihan dan Kesiapan Tempur. Sebagai suatu negara yang menjalankan peran sebagai polisi dunia maka personel militer AS dituntut untuk dapat beroperasi di seluruh penjuru dunia, baik yang beriklim tropis maupun subtropis. Pengerahan personel dan perlengkapan militer yang besar juga perlu ditunjang dengan tingkat latihan yang memadai untuk menjamin kesiapan tempur pasukan AS dan Koalisinya. Pasukan koalisi dapat diamati telah mencapai tingkatan yang baik pada aspek ini ditinjau dari rendahnya angka kecelakaan yang terjadi. kemampuan mempertahankan intensitas operasi tempur selama berhari-hari, kemampuan mengatur operasi udara yang sangat kompleks serta kemampuan menyelenggarakan dukungan logistik serta penampilan kualitas yang tinggi dalam penerapan operasi gabungan.

e. Dukungan Separatis Kurdi. Mengingat di negara Irak sedang mengalami pergolakan internal di dalam negerinya, maka upaya cerdik yang dilakukan oleh pasukan koalisi adalah mendekati suku Kurdi. Suku Kurdi yang telah melakukan pemberontakan sejak tahun 1923 dan mendiami wilayah Irak bagian Utara merupakan ancaman bagi pemerintahan Irak, pada saat pasukan Koalisi melakukan penyerangan dari arah Utara yang juga didukung oleh Turki, maka suku Kurdi telah dimanfaatkan oleh pihak Koalisi dan hal ini sangat membantu dalam penyerangan kota-kota di wilayah utara.

f. Nilai Teknologi “ Keunggulan di malam hari dan di segala cuaca”. Kecanggihan teknologi AS dan Koalisinya telah membuat superioritas pasukan tersebut terhadap pasukan Irak hampir diseluruh wilayah operasi. Khususnya pasukan AS dan Inggris dapat bertempur dan bermanuver
dengan baik pada malam hari, termasuk melanjutkan operasinya pada kondisi badai gurun, awan rendah dan hujan di lumpur padang pasir sekalipun. Keunggulan teknologi memudahkan pergerakan pasukan koalisi di kondisi medan yang tidak diperhitungkan oleh pasukan Irak untuk menyerang dengan tiba-tiba atau pendadakan. Nilai keunggulan teknologi menjadikan kondisi medan yang sulit sebagai sarana di dalam melaksanakan pendadakan.

28. Air Power Sebagai Jaminan Keberhasilan Invasi. Perang modern, dalam dunia global, lebih akan bersifat multidimensi. Tidak hanya bertumpu pada suatu pola penyerangan dari kekuatan darat atau laut saja, tetapi akan lebih mengutamakan kemampuan dari air power. Dilihat dari luas wilayah serta perbandingan daya tempur yang seimbang maka kemenangan Amerika kali ini merupakan kemajuan yang sangat signifikan didasari pada manajemen perang modern yang mengetengahkan kekuatan udara sebagai kekuatan inti atau dapat dikatakan Amerika telah mengandalkan dan mempraktekan Air Power sebagai kekuatan nyata. Kenyataan ini mengubah pola perang lama yang mengandalkan dari deterance dan pertahanan strategis menjadi assurance dan penyerangan strategis dengan segala resiko. Sesuai dengan prinsip perang, Obyektif dari penyerangan strategis tersebut bertujuan untuk merebut , memegang teguh dan mengeksploitasi penyerangan sehingga didapat kebebasan bertindak bagi pasukan Darat dan Laut. Hanya satu kekuatan yang dapat mengontrol serta menjamin keberhasilan kebebasan bertindak yaitu Kekuatan Udara atau lebih dikenal Air Power.

Pelajaran yang Bermanfaat Bagi TNI AU.

29. Penggunaan Azas Perang Udara. Dengan melihat kemampuan pasukan Koalisi yang dipimpin AS dan kelemahan-kelemahan pasukan Irak maka dapat diambil beberapa pelajaran yang bermanfaat bagi TNI AU tentang penggunaan azas perang yaitu :

a. Azas Tujuan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus dapat menentukan tujuan yang ingin dicapai dan konsisten di dalam pelaksanaan operasi sesuai tujuan yang telah ditentukan.

b. Azas Penyerangan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu berinisiatif untuk menyerang sehingga dapat memilih
menentukan waktu, tempat ,jenis, system senjata yang digunakan serta prioritas sasaran.

c. Azas Pendadakan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu melakukan serangan pada waktu dan tempat yang tidak di duga sebelumnya oleh musuh, sehingga menimbulkan kegoncangan bagi musuh.

d. Azas Pengamanan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU mampu melaksanakan tindak pengamanan yang tepat agar dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan operasi. Hal ini perlu pengamanan informasi yang baik agar musuh tidak mengetahui kekuatan kita yang sebenarnya.

e. Azas Pemusatan Serangan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu memusatkan serangan pada sasaran strategis yang dapat membatalkan niat lawan untuk perang. Penyerangan harus benar- benar pada Center of Grafity lawan.

f. Azas Ekonomis. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu menentukan sasaran terpilih dengan tanpa menghambur- hamburkan sumber daya. Hal ini diperlukan data target yang akurat serta didukung persenjataan dengan tingkat presisi yang tinggi.

g. Azas Kesatuan Komando. Operasi udara yang dilaksanakan harus mampu menkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh tindakan menuju tercapainya satu tujuan, sehingga fungsi kodal yang efektif menjadi hal yang sangat penting.

h. Azas Kesederhanaan. Dalam melaksanakan operasi udara TNI AU harus mampu menyusun struktur komando, strategi, perencanaan, taktik, prosedur dan perintah operasi yang jelas, sederhana dan mudah dimengerti.

j. Azas Kekenyalan. Operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU harus mampu menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan situasi dan kondisi .
k. Azas Kohesi. Dalam melaksanakan operasi udara TNI AU harus mampu mempersatukan satuan-satuan udara berdasarkan rasa kebersamaan melaluai latihan-latihan pertempuran.

30. Penguasaan Teknologi Tinggi. Dengan kemampuan teknologi tinggi maka perang modern dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat dan jumlah korban yang sangat minim dibandingkan pada perang-perang terdahulu (PD. I dan PD. II). Bagi TNI AU penguasaan teknologi merupakan salah satu kebutuhan yang harus dicapai ke depan sesuai dengan perkembangan jaman dan merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh ditawar lagi apabila ingin berhasil dalam menjalankan operasi militer.

31. Pentingnya Suatu Perencanaan. Perencanaan yang matang dalam suatu Operasi Udara harus dipersiapkan pada jauh-jauh hari sebelum hari ”H”. TNI AU harus belajar dari pasukan Koalisi yang mempersiapkan penyerangan ke Irak jauh hari sebelumnya. Guna mewujudkan tujuan yang ingin dicapai secara cepat dan tepat pada sasaran dengan jumlah korban yang minimal. Kekuatan yang digunakan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan operasi militer sesuai doktrin yang baru yaitu Air Power.

32. Kemampuan Intelijen. Kemampuan intelijen merupakan suatu sarat penting guna mengetahui kemampuan kekuatan dan dislokasi pasukan lawan. Dalam ”Operations Iraqi Freedom” Faktor utama keberhasilannya karena didukung oleh kemampuan intelijen yang handal. Untuk mencapai hal tersebut Pasukan AS menggunakan peralatan berteknologi tinggi, GPS, Satelit, pesawat udara nir awak maupun pesawat intai modern dalam mendapatkan informasi intelijen yang akurat. Bagi TNI AU hal tersebut menjadi suatu kebutuhan apabila ingin berhasil dalam tugas Operasi udara.

33. Kemampuan Air Power. Kekuatan Udara (air power) merupakan bentuk kekuatan yang telah disinergikan dari seluruh potensi kekuatan dirgantara yang terbukti dapat mengontrol serta menjamin kebebasan bertindak bagi pasukan darat untuk merebut Irak. Bagi TNI AU kekuatan udara haruslah dijadikan kekuatan penentu dalam operasi gabungan dan perlu dikembangkan agar dapat berperan sesuai dengan contoh pada perang Irak Tahun 2003 tersebut.

34. Kesiapan Personel, Latihan dan Kesiapan tempur. Bagi TNI AU yang professional haruslah mengandung unsur akuntabilitas dan kredibilitas yang bisa dibanggakan untuk itu maka perlu suatu kesiapan yang tinggi, latihan dan kesiapan tempur bagi personelnya. Jika kita melihat tolak ukur kesiapan personel pasukan Koalisi maka dapat dilihat dari rendahnya angka kecelakaan yang terjadi, kemampuan mempertahankan intensitas operasi tempur selama berhari-hari, kemampuan mengatur operasi udara yang sangat kompleks serta kemampuan dukungan logistik yang handal. Semuanya ini dapat dicapai dengan latihan yang baik, terprogram, intensif dan didukung fasilitas yang memadai.

35. Kemampuan dukungan logistik. Logistik tidak memenangkan perang tapi tanpa logistik mustahil kemenangan akan dicapai. Ungkapan tersebut adalah benar, hal ini telah dibuktikan oleh AS dimana mampu mendukung ribuan sorties pesawat, logistik personel, ammonisi dan kebutuhan lainnya dalam perang melawan Irak. Untuk itu maka dengan segala keterbatasannya TNI AU harus mampu memenuhi kebutuhan logistiknya agar tetap dapat melaksanakan tugas operasi udara dengan baik.

36. System C4ISR yang Baik. Aplikasi System C4ISR dalam pola operasi gabungan dalam Perang Irak Tahun 2003 memfokuskan kemampuan untuk memonitor perkembangan operasi di lapangan dan penentuan sasaran secepat mungkin yang terintegrasi dengan baik. TNI AU dapat mengambil pelajaran dengan menambah kemampuan Intelijen, Surveilence dan reconnissance secara bertahap menjadi K4IPP (Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian) sesuai dengan buku putih Dephan tahun 2003 tentang Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21 untuk dapat meningkatkan integrasi Kodal pada operasi gabungan antar angkatan.

37. Keberhasilan Diplomasi. Upaya diplomasi merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam penentu keberhasilan, demikian yang dilakukan oleh AS yang dapat meyakinkan negara-negara lain untuk menurunkan Saddam Hussein
dalam perang Irak Tahun 2003. Hal yang dipetik dari keberhasilan diplomasi bagi Indonesia adalah untuk menjamin kepentingan dan tujuan nasional dimana dalam kondisi perang upaya diplomasi diperlukan untuk mendapatkan support dari negara lain sedangkan dalam masa damai upaya diplomasi digunakan untuk menjaga hubungan antar negara agar tercipta perdamaian. Bagi TNI AU upaya diplomasi menjadi hal yang sangat penting baik pada masa damai maupun dalam perang.

Kesimpulan dan Saran

38. Kesimpulan.

a. Pelaksanaan Operasi militer AS dan sekutunya ke Irak merupakan suatu tindakan kontroversial AS dalam mempraktekan strategi global untuk memenuhi kepentingannya. Di sisi lain, operasi militer tersebut merupakan wujud perang abad ini yang sarat dalam penggunaan teknologi modern dan aplikasi strategi serta taktik bertempur. Hal ini merupakan pelajaran yang berharga terutama ditinjau dari doktrin, strategi dan taktik yang digunakan dalam pengerahan kekuatan gabungan yang cukup besar.

b. Perbedaan kemampuan tempur antara pasukan AS dan sekutunya dengan pasukan Irak, telah memberikan keunggulan pasukan Koalisi hampir diseluruh front pertempuran. Kemenangan yang dialami oleh pasukan militer AS dan sekutunya karena adanya pengerahan pasukan/kekuatan militer dengan peralatan canggih yang didukung personel profesional serta strategi, doktrin dan Kodal yang baik.

c. Manfaat yang diambil oleh TNI AU dalam Perang Irak Tahun 2003 adalah dengan keterbatasan alutsista yang ada saat ini masih perlu banyak sekali yang harus dibenahi dan ditingkatkan. Hal tersebut menunjukkan betapa kita tertinggal jauh dengan AS dan Koalisinya. Namun demikian justru harus menjadi cambuk untuk meningkatkan kemampuan personel TNI AU di masa mendatang.

39. Saran.

a. Perang Irak Tahun 2003 yang dilakukan AS dan Koalisinya terhadap Irak sebaiknya dijadikan pelajaran bagi TNI AU didalam melaksanakan operasi udara pada masa mendatang .

b. Demi terjaganya eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu kiranya Pemerintah memikirkan untuk membangun suatu Kekuatan Udara yang modern.

Penutup.

40. Demikianlah penulisan naskah dengan judul Analisa Operasi Udara Dalam Perang Irak Tahun 2003 dan Manfaatnya bagi TNI Angkatan Udara, dengan harapan dapat bermanfaat dalam mengembangkan TNI Angkatan Udara ke depan.